Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Hindu Bali, Budaya dan Seni yang Tak Terpisahkan

Kompas.com - 27/10/2017, 16:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Walaupun agama Hindu berasal dari India, tetap saja Bali memiliki sendiri Hindu ala Bali. Ritual berupa tindakan pengendalian diri menjadi corak penting dari ekspresi keagamaan di kalangan masyarakat Hindu Bali. Karena itulah, masyarakat Hindu Bali terkenal akan perilakunya yang anggung dan sopan.

Tradisi budaya dan keagamaan di Bali pun menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dan memberi makna.

Menari dengan diiringi musik gamelan menjadi aktivitas masyarakat yang tidak hanya sebagai ekspresi seni dan budaya tapi sekaligus menunjang kegiatan keagamaan masyarakat. Sebab tari pun merupakan persembahan sebagai bentuk penghormatan tertinggi bagi Sang Pencipta.

Ada tiga jenis Tari Bali yakni wali (sakral), bebali (upacara), dan balih-balihan (hiburan). Tari wali dan bebali ditarikan di tempat dan waktu tertentu. Tari wali, misalnya, dipentaskan di halaman bagian dalam pura, sementara tari bebali di halaman tengah.

Adapun, tari balih-balihan dipentaskan di halaman luar pura dalam acara yang bersifat hiburan.

Ayah Gung Ari, Anak Agung Alit yang berusia 53 tahun dan menjadi juru kunci Pura Dalem Puri menjelaskan bahwa masyarakat Hindu Bali meyakini, seni merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang yang juga merupakan bentuk peribadahan mereka terhadap Sang Hyang Widhi.

Seni itu tercipta dengan sebuah tujuan. “Untuk mencapai kedamaian…itu intinya,” Alit menceritakan.

Menjalankan tradisi budaya dan seni melalui berbagai upacara yang selalu ada hampir setiap hari, menurut Alit, menjadi faktor yang membuat agama Hindu Bali menjadi kuat, dan tidak terganggu oleh pengaruh dari luar.

Hal itu juga yang membuat tradisi budaya dan seni Bali terhindar dari segala bentuk pengaruh negatif dan kepunahan. “Ini yang penting, proses regenerasi menjadi tetap terjaga,” kata Alit.

Bali kaya akan berbagai tarian dan seni tradisional. Menjalankan tradisi budaya dan seni melalui berbagai upacara yang selalu ada hampir setiap hari, menjadi faktor yang membuat agama Hindu Bali menjadi kuat, dan tidak terganggu oleh pengaruh dari luar.Dok CERITALAH ASEAN Bali kaya akan berbagai tarian dan seni tradisional. Menjalankan tradisi budaya dan seni melalui berbagai upacara yang selalu ada hampir setiap hari, menjadi faktor yang membuat agama Hindu Bali menjadi kuat, dan tidak terganggu oleh pengaruh dari luar.
Dari hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, umat Hindu di Indonesia tercatat sebanyak 4.012.116 atau 1,69 persen dari populasi penduduk. Dengan persentase itu, agama Hindu menempati peringkat keempat sebagai agama yang banyak dipeluk masyarakat Indonesia.

Pemerintah Indonesia memang mengakui, Hindu menjadi salah satu agama dari enam agama resmi, selain Islam, Protestan, Katolik, Buddha, dan Konghucu.

Hampir 97 persen penduduk Bali memeluk agama Hindu Bali, baru kemudian agama Islam, Protestan, dan agama-agama lainnya. Namun, toleransi beragama di antara masyarakat Bali sangat terjaga.

Agama Hindu Bali meyakini bahwa semua Tuhan adalah satu, hanya berbeda nama. Penganutnya juga menganggap Hindu adalah ibu dari semua agama dan budaya. Sebab itu, umat Hindu diajarkan untuk tidak menghina agama lain.

Di Bali dikenal satu bait sastra yang digunakan sebagai slogan lambang negara Indonesia yaitu, Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Manggrwa, yang artinya, “Kendati berbeda namun tetap satu jua, tiada duanya, Tuhan (Kebenaran) itu”. Maka dapat dipahami jika masyarakat Bali dapat hidup berdampingan dengan pemeluk agama lainnya.

Simak video di bawah ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com