Salin Artikel

Hindu Bali, Budaya dan Seni yang Tak Terpisahkan

BALI tak hanya terkenal karena keindahan pemandangan alamnya, pantai-pantainya, dan hamparan sawah padinya. Sebagai salah satu destinasi utama pariwisata di Indonesia, Bali juga terkenal karena tradisi kebudayaannya yang unik, yakni tradisi agama Hindu Bali yang di dalamnya terkandung seni dan ritual.

Anak Agung Ari yang kerap dipanggil Gung Ari adalah seorang penganut Hindu Bali, berusia 24 tahun yang berprofesi sebagai bidan sekaligus penari.

Bersama ayahnya yang berprofesi sebagai seniman dan ibunya yang pegawai negeri, bungsu dari dua bersaudara ini tinggal di kawasan Ubud yang terkenal dengan perbukitan sawah terasering dan alam pegunungannya yang indah. Sementara sang kakak, Gung Inten telah menikah dan tinggal bersama suaminya.

Tumbuh dalam keluarga Hindu telah membentuk karakter dan pembawaan Gung Ari yang ramah dan bersahabat. Muda, pintar, dan bertalenta sangat tercermin dalam diri Gung Ari.

Menjadi bidan di sebuah klinik swasta di Ubud, mengharuskan dia selalu siap dari pagi hingga malam untuk membantu persalinan. Menyadari tanggung jawab besar di pundaknya, membuat dia nyaris tidak pernah meninggalkan ibadahnya.

Setiap pagi, Gung Ari yang ingin sekali memiliki klinik bersalin gratis untuk orang-orang tidak mampu ini, pergi bersembahyang di Pura Dalem Puri yang berjarak 500 meter dari rumahnya. Sebelum berangkat, dia bersembayang dulu di merajan, tempat suci di area rumahnya.

Ketika Gung Ari dan Cok Gek tiba di pura, beberapa orang telah datang lebih dulu untuk bersembahyang. Suasana begitu hening dan khusyuk. Dengan begitu rindangnya pepohonan bunga kamboja di sekeliling halaman pura membuat cuaca panas pagi itu pun terasa sejuk.

Seusai bersembahyang, Gung Ari bercerita bahwa ada perbedaan antara Hindu Bali dengan Hindu di tempat lain. “Hindu Bali itu lebih universal dan bebas,” ujarnya.

“Kami diajarkan untuk memilih ajaran agama Hindu dan menjalankannya sesuai keyakinan dan kenyamanan kita sendiri,” tambah Gung Ari. 

Agama Hindu Bali mengenal tiga Dewa yang dipuja, yang disebut juga Tri Murti, yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Patung-patung dan arca-arca yang ditempatkan di setiap pura akan berbeda-beda. “Sesuai dengan Dewa-Dewa yang kami puja,” tutur Gung Bali. 

Peribadatannya sangat terjalin antara seni dan ritual. Dia sangat berkaitan dengan banyak sekali “Hyang”. Masyarakat Hindu di Bali sangat menekankan pada ritual-ritual perdamaian yang dramatis dan estetis terhadap para “Hyang”. Ritual-ritual ini dilakukan di situs-situs candi dan pura yang tersebar di seluruh desa di Bali.

Agama Hindu Bali memang memberi ciri khas pada Bali. Aneka ragam ritual dan upacara keagamaanya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing maupun domestik.

Walaupun agama Hindu berasal dari India, tetap saja Bali memiliki sendiri Hindu ala Bali. Ritual berupa tindakan pengendalian diri menjadi corak penting dari ekspresi keagamaan di kalangan masyarakat Hindu Bali. Karena itulah, masyarakat Hindu Bali terkenal akan perilakunya yang anggung dan sopan.

Tradisi budaya dan keagamaan di Bali pun menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dan memberi makna.

Ada tiga jenis Tari Bali yakni wali (sakral), bebali (upacara), dan balih-balihan (hiburan). Tari wali dan bebali ditarikan di tempat dan waktu tertentu. Tari wali, misalnya, dipentaskan di halaman bagian dalam pura, sementara tari bebali di halaman tengah.

Adapun, tari balih-balihan dipentaskan di halaman luar pura dalam acara yang bersifat hiburan.

Ayah Gung Ari, Anak Agung Alit yang berusia 53 tahun dan menjadi juru kunci Pura Dalem Puri menjelaskan bahwa masyarakat Hindu Bali meyakini, seni merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang yang juga merupakan bentuk peribadahan mereka terhadap Sang Hyang Widhi.

Seni itu tercipta dengan sebuah tujuan. “Untuk mencapai kedamaian…itu intinya,” Alit menceritakan.

Menjalankan tradisi budaya dan seni melalui berbagai upacara yang selalu ada hampir setiap hari, menurut Alit, menjadi faktor yang membuat agama Hindu Bali menjadi kuat, dan tidak terganggu oleh pengaruh dari luar.

Hal itu juga yang membuat tradisi budaya dan seni Bali terhindar dari segala bentuk pengaruh negatif dan kepunahan. “Ini yang penting, proses regenerasi menjadi tetap terjaga,” kata Alit.

Pemerintah Indonesia memang mengakui, Hindu menjadi salah satu agama dari enam agama resmi, selain Islam, Protestan, Katolik, Buddha, dan Konghucu.

Hampir 97 persen penduduk Bali memeluk agama Hindu Bali, baru kemudian agama Islam, Protestan, dan agama-agama lainnya. Namun, toleransi beragama di antara masyarakat Bali sangat terjaga.

Agama Hindu Bali meyakini bahwa semua Tuhan adalah satu, hanya berbeda nama. Penganutnya juga menganggap Hindu adalah ibu dari semua agama dan budaya. Sebab itu, umat Hindu diajarkan untuk tidak menghina agama lain.

Di Bali dikenal satu bait sastra yang digunakan sebagai slogan lambang negara Indonesia yaitu, Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Manggrwa, yang artinya, “Kendati berbeda namun tetap satu jua, tiada duanya, Tuhan (Kebenaran) itu”. Maka dapat dipahami jika masyarakat Bali dapat hidup berdampingan dengan pemeluk agama lainnya.

Simak video di bawah ini.

https://regional.kompas.com/read/2017/10/27/16491021/hindu-bali-budaya-dan-seni-yang-tak-terpisahkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke