Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nengah Guna dan Kisah Pengamatan Gunung Agung Sejak Letusan 1963

Kompas.com - 30/09/2017, 18:06 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

KARANGASEM, KOMPAS.com - Nengah Guna (72) duduk bersama cucu perempuannya di lapangan Pos Pengamatan Gunungapi Agung, Jumat (29/9/2017).

Sesekali ia menunjuk ke arah Gunung Agung yang berada di utara dan berbicara serius dengan cucu perempuannya yang duduk di bangku kelas 5 SD.

"Dulu batu sebesar biji salak terlempar dari Gunung Agung sampai di sini. Ada juga abu, tapi aman di wilayah sini," kata Nengah Guna.

Lelaki kelahiran Karangasem 1 Januri 1945 bukan hanya sekedar menjadi saksi dahsyatnya letusan Gunung Agung pada 1963.

Dia juga memliki peran penting pembangunan Pos Pengamatan Gunungapi Agung yang menjadi basis informasi kondisi terbaru dari gunung yang statusnya telah ditetapkan awas sejak Jumat (22/9/2017).

(Baca juga: Kisah Pengungsi Gunung Agung 1963: Gelap dan Kami Ngungsi Bawa Obor)

Kepada Kompas.com, Nengah Guna bercerita, setelah Gunung Agung pertama kali meletus pada 19 Februari 1963, tim dari Bandung yang beranggotakan delapan orang datang ke Kecamatan Rendang untuk melakukan pemantauan.

Saat itu Nengah yang masih berusia muda membantu tim tersebut untuk memantau keadaan Gunung Agung. Untuk pertama kalinya mereka membuat pos pengamatan darurat di timur pos pengamatan yang sekarang.

"Dulu posnya di sana pakai tenda di kebun. Belum ada bangunan sama sekali. Di sini dipilih karena bisa melihat langsung Gunung Agung," tutur Nengah, sambil menunjuk lahan kebun di sebelah bangunan utama.

Dia mengantar tim tersebut ke beberapa titik pengamatan untuk memantau kondisi Gunung Agung yang saat itu erupsi. Pada letusan terbesar, dia dan tim berada di pos pantau darurat.

Dia mengaku melihat secara kasat mata apa yang terjadi di puncak Gunung Agung dari tempatnya berdiri.

"Pijaran api terlihat jelas dari pos pantau darurat. Saat itu saya sudah mendapatkan informasi dari anggota tim jika tempat kami aman, jadi tidak perlu khawatir. Hanya saja batu kecil-kecil serta abu terlontar hingga ke sini," ujar Nengah Guna.

(Baca juga: Hindari Informasi Hoaks, Warga Berdatangan ke Pos Pantau Gunung Agung)

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com