Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Gedung Papak, Saksi Bisu Kisah Jugun Ianfu di Grobogan...

Kompas.com - 02/09/2017, 11:51 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

Entah terbawa suasana karena sudah lama tak berpenghuni atau terbayang sisa-sisa kisah tragisnya.

Bagian dalam bangunan lawas yang berkonstruksi dinding serta kayu itu begitu kotor, sunyi, dan gelap.

Penjaga Gedung Papak pun sengaja membuka sejumlah jendela di rumah klasik itu untuk mempersilakan cahaya dan udara segar menyusup.

Meski tak terurus, bangunan masih terlihat kokoh dan tak meninggalkan unsur keasliannya. Gedung Papak menjadi salah satu bukti adanya praktik perbudakan seks yang dilakukan kolonialisme Jepang.

Jejak "jugun ianfu"

Pada masa pendudukan Jepang, istilah "jugun ianfu" sangat terkenal di telinga beberapa kalangan, terutama para gadis-gadis asli Indonesia waktu itu.

Jugun Ianfu dijabarkan sebagai tawanan budak seks bagi para tentara Jepang. Istilah yang digunakan kolonialisme Jepang saat Perang Dunia II untuk menyebut para wanita yang dipaksa menjadi pemuas nafsu pasukannya.

Siapa sangka Gedung Papak dahulunya adalah rumah bordil yang dihuni para tawanan yaitu gadis-gadis belia yang merupakan warga asli Kabupaten Grobogan.

Para bunga desa yang malang itu dipaksa untuk memuaskan hasrat seksual tentara Jepang kala itu.

"Kebanyakan wanita yang menjadi korban kekerasan seksual tentara Jepang malu dan menghilang. Ada seorang nenek saksi bisu yang menjadi korban budak seksual tentara Jepang. Setahun sekali ia datang diantar keluarganya ke Gedung Papak. Namanya Sri Sukanti," tutur Sokiran (60), penjaga Gedung Papak.

Menurut Sokiran, nenek itu kerap menangis dan marah ketika datang ke Gedung Papak. Nenek itu kemudian menceritakan sejarah kelam gedung tersebut.

"Di kamar di Gedung Papak, ia dan gadis lain yang diculik digilir paksa jadi tawanan budak seks tentara Jepang," kata Sokiran.

Administratur Perum Perhutani KPH Gundih Divisi Regional Jateng Sudaryana menyampaikan, Gedung Papak dibangun tahun 1919 sebagai markas besar tentara Belanda.

Gedung tersebut juga difungsikan sebagai tempat penyiksaan pribumi yang dianggap membangkang aturan pasukan Belanda kala itu.

"Hingga akhirnya Gedung Papak dikuasai tentara Jepang. Pada masa itulah Gedung Papak dijadikan rumah bordir yang diisi jugun ianfu atau gadis-gadis pribumi yang dijadikan tawanan budak seks tentara jepang. Mereka digilir saat usia masih belia. Ibu Sri Sukanti adalah saksi bisu kekejaman tentara Jepang. Keberadaan beliau kini belum diketahui lagi," tutur dia. 

(Baca juga: Kisah Tawanan Jepang, Lepas dari Jugun Ianfu karena Menyamar sebagai Lelaki)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com