YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, membuka diri bagi kalangan swasta untuk membuat teknologi desalinasi atau pengolahan air asin menjadi air tawar sebagai solusi kekeringan.
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengatakan, upaya untuk mengatasi kekeringan di wilayah terluas di DIY ini terus dilakukan. Setiap tahun, pemkab berusaha mencari solusi. Misalnya, pemanfaatan teknologi.
Namun pihaknya terkendala anggaran untuk pemanfaatan teknologi tepat guna seperti desalinasi.
"Kami akan sangat menyambut jika ada pihak swasta yang mau mengembangkan teknologi tersebut (desalisasi). Jika ada yang mau, pasti akan didukung," ujarnya ditemui di Gedung DPRD Gunungkidul, Senin (7/8/2017).
(Baca juga: Kekeringan, Warga Bima Tak Mandi Berhari-hari)
Selain desalinasi, pihaknya terus mencari sumber mata air. Sebab, Gunungkidul bukan kekurangan air, namun kesulitan dalam mengakses air.
Di dalam pegunungan karst, terdapat mata air yang berlimpah. Namun untuk mendapatannya memerlukan biaya dan teknologi yang cukup tinggi.
Bupati Gunungkidul, Badingah menambahkan, beberapa sumber air yang saat ini dikelola pemkab melalui PDAM Tirta Handayani belum bisa dimanfaatkan maksimal. Contohnya, sumber di Baron saat ini baru 90 sampai 100 liter perdetik, padahal potensinya bisa lebih.
"Kami terus berupaya menambah sumber air untuk mengatasi kekeringan,"imbuh dia.
Kekeringan Terus Meluas
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul menyatakan, ada 132.681 jiwa, di 331 dusun, 44 desa yang terdampak kekeringan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.