Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Martinus Geluti Bisnis Kayu Gaharu, dari Mitos hingga "Feeling"

Kompas.com - 07/08/2017, 09:56 WIB
Sukoco

Penulis

Menurut Martinus, penurunan harga kayu gaharu dipengaruhi menurunnya permintaan pasar dari negara-negara di Arab.

Untuk memenuhi permintaan kayu gaharu dunia, Martinus mengaku masih mengandalkan hutan di pedalaman Kalimantan. Meski demikian, kualitas terbaik kayu gaharu justru didapatkan dari Negara Jepang yang diikuti Brunai dan Malaysia.

“Kalau hutan di sini diperkirakan terlalu subur tanahnya sehingga sulit untuk mendapat isi (bagian keras di dalam kayu) dari kayu gaharu. Dari sini kebanyakan untuk disuling saja,” katanya.

Baca juga: Ketika Ratusan Wanita Pengusaha di Bandung Melawan Keterbatasan

Mahalnya harga kayu gaharu membuka peluang pemburu kayu untuk berbuat curang dan nakal. Beberapa cara curang dilakukan oleh pemburu kayu gaharu untuk mengelabui pedagang.

Misalnya, mengisi bagian dalam kayu gaharu dengan timah hingga memanipulasi kayu gaharu yang putih menjadi seolah-olah hitam legam dengan merendam dan mengoleskan bahan kimia.

Menurut Martinus, hal yang harus diwaspadai pedagang kayu gaharu justru saat menemukan jenis super king. Biasanya, pedagang yang terlalu bernafsu untuk membeli kayu gaharu jenis king super justru mengabaikan risiko rugi. Perkiraan harga di pasaran dunia terkadang meleset karena terlalu gembira menemukan kayu gaharu langka tersebut.

”Kita tidak boleh terburu nafsu kalau ketemu jenis super king, karena pemburu kayu akan pasang harga tinggi. Biasanya pedagang jatuh di sini. Yakin barang bagus, saat dijual harga lagi turun,” ujarnya.

Mitos di sekitar kayu gaharu

Kayu gaharu yang berbau harum ternyata juga menyimpan beragam miitos, baik di kalangan pendagang maupun pemburu kayu gaharu sendiri.

Martinus mengatakan, kayu gaharu kerap memunculkan keanehan. Misalnya, lampu yang menerangi galerinya tiba-tiba rusak dan mati. Peristiwa itu sering terjadi, sehingga dia memutuskan membiarkan ruangan tersebut gelap gulita jika malam hari.

“Boleh percaya boleh tidak. Bola lampu di ruangan ini selalu putus setiap dipasang. Makanya kita biarkan ruangan ini gelap,” ujarnya.

Sementara dari kalangan pemburu kayu gaharu, mitos seperti kayu menghilang atau tiba-tiba tidak berisi sudah menjadi lumrah. Biasanya, hal itu terjadi karena kayu tidak segera diambil saat ditemukan di dalam hutan.

Menurut Martinus, mencari kayu gaharu di dalam hutan harus dibarengi dengan niat yang baik agar tidak menemui hal-hal yang aneh.

“Kayu ini bermakna kebaikan, mengambilnya pun harus dengan niat kebaikan. Kita banyak dengar cerita seperti itu dari pemburu,” katanya.

Baca juga: Porang Madiun Menjadi Buruan Pengusaha Jepang dan China

Namun dari semua kekhawatiran dari bisnis kayu gaharu, menurut Martinus, adalah semakin sulitnya kayu gaharu ditemukan di hutan. Kayu gaharu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa memiliki isi yang berbau harum. Sementara dari upaya budidaya kayu gaharu akan terbentur kualitas kayu yang dihasilkan.

"Tahun ini merosot cukup tajam. Semakin sulit mendapatkan kayu gaharu jenis super king, karena proses alami pembentukan isinnya membutuhkan waktu cukup lama," pungkasnya.

Kompas TV Seorang warga Indonesia pun berhasil mengenalkan tempe dengan nama Rusto Tempeh di Negeri Sakura tersebut.  
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com