Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Martinus Geluti Bisnis Kayu Gaharu, dari Mitos hingga "Feeling"

Kompas.com - 07/08/2017, 09:56 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Bau harum khas kayu gaharu yang lembut langsung menyergap ketika memasuki ruangan 3x6 meter yang dijadikan galeri sekaligus gudang kayu gaharu milik Martinus Tus di Jalan Angkasa, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Di beberapa sudut ruangan tertempel kayu gaharu yang terlihat uratnya yang berwarna cokelat kehitaman. Sementara di lantai ruangan berserakan kayu gaharu dalam berbagai jenis ukuran.

Martinus mengaku sudah menggeluti usaha penjualan kayu gaharu sejak tahun 1997, saat awalnya dia hanya ikut rekannya yang terlebih dahulu berbisnis kayu gaharu di Negara Malaysia.

Bisnis kayu gaharu, menurut Martinus, sangat ditentukan oleh pengalamanan dan jam terbang untuk mengenal kayu tersebut. Karena tidak ada patokan pasti mengenai jenis kayu gaharu serta kualitas kayu untuk menentukan harganya.

Baca juga: Sebagian Pengusaha Taksi "Online" di Yogyakarta Mulai Mengurus Izin

Menurutnya, feeling seorang pedagang kayu gaharu lah yang menentukan seseorang bisa sukses bergelut di bisnis kayu berjuluk kayu dewa tersebut.

Karena dalam menentukan kualitas dan harga lebih banyak mengandalkan perasaan untuk mengira-ngira harga sebongkah kayu gaharu. Banyak temannya sesama pebisnis kayu gaharu yang gulung tikar karena meleset menentukan kualitas dan harga.

“Lebih banyak main feeling untuk menentukan harga. Dulu banyak yang menggeluti bisnis ini, sekarang tinggal beberapa saja. Kebanyakan salah prediksi, kayu yang kita beli harapannya mahal, di pasaran justru jatuh harganya,” ujarnya, Mingu (7/8/2017).

Secara umum, ada 3 jenis kayu gaharu yang bisa diklasifikasikan sesuai dengan harga dan peruntukannya. Kayu gaharu yang bekualitas paling rendah dengan harga mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 500.000 per kilogram ini nantinya akan disuling untuk diambil kandungan minyak wanginya.

Sementara kayu gaharu yang memiliki urat kayu berwarna kehitaman dengan ketebalan tertentu dan memiliki tingkat kekerasan tinggi diberi harhga Rp 1 juta hingga seratusan juta rupiah akan diklasifikasian sebagai kelas super arab. Kebanyakan difungsikan untuk dibakar sebagai aroma terapi.

Sementara untuk kelas super king dengan penampakan urat serta ketebalan kayu dan kekerasannya memenuhi syarat untuk dibuat tasbih memiliki harga dari Rp 100 juta hingga Rp 500 juta per kilogram.

“Untuk pasarannya yang paling tinggi di Negara Arab dan Negara China. Paling tinggi adalah harga kayu gaharu untuk dijadikan tasbih," imbuhnya.

Selama 20 tahun menggeluti bisnis kayu gaharu, Martinus mengaku pernah menjual kayu gaharu kelas king super seharga Rp 1,2 miliar per kilogram pada tahun 2014. Tingginya harga kayu gaharu pada saat itu dipengaruhi oleh faktor persaingan antarpedagang dan tingginya permintaan dunia.

“Tahun itu pembeli tinggi sekali, pedagang yang baru juga banyak. Jadi kalau biasanya kita beli harga 500 juta (rupiah), kita tahan sampai berani berapa pembeli tawar. Saya sempat lepas harga 1,2 miliar rupiah satu kilo saat itu,” ucapnya.

Bergantung pada hutan

Pada tahun 2017, bisnis kayu gaharu mengalami penurunan, baik kualitas maupun kuantitas. Harganyapun juga turun drastis dari kisaran Rp 1 miliar menjadi Rp 500 juta per kilogram untuk kualitas super king.

Menurut Martinus, penurunan harga kayu gaharu dipengaruhi menurunnya permintaan pasar dari negara-negara di Arab.

Untuk memenuhi permintaan kayu gaharu dunia, Martinus mengaku masih mengandalkan hutan di pedalaman Kalimantan. Meski demikian, kualitas terbaik kayu gaharu justru didapatkan dari Negara Jepang yang diikuti Brunai dan Malaysia.

“Kalau hutan di sini diperkirakan terlalu subur tanahnya sehingga sulit untuk mendapat isi (bagian keras di dalam kayu) dari kayu gaharu. Dari sini kebanyakan untuk disuling saja,” katanya.

Baca juga: Ketika Ratusan Wanita Pengusaha di Bandung Melawan Keterbatasan

Mahalnya harga kayu gaharu membuka peluang pemburu kayu untuk berbuat curang dan nakal. Beberapa cara curang dilakukan oleh pemburu kayu gaharu untuk mengelabui pedagang.

Misalnya, mengisi bagian dalam kayu gaharu dengan timah hingga memanipulasi kayu gaharu yang putih menjadi seolah-olah hitam legam dengan merendam dan mengoleskan bahan kimia.

Kayu gaharu milik Martinus.Kompas.com/ Adhima Sukotjo Kayu gaharu milik Martinus.

Menurut Martinus, hal yang harus diwaspadai pedagang kayu gaharu justru saat menemukan jenis super king. Biasanya, pedagang yang terlalu bernafsu untuk membeli kayu gaharu jenis king super justru mengabaikan risiko rugi. Perkiraan harga di pasaran dunia terkadang meleset karena terlalu gembira menemukan kayu gaharu langka tersebut.

”Kita tidak boleh terburu nafsu kalau ketemu jenis super king, karena pemburu kayu akan pasang harga tinggi. Biasanya pedagang jatuh di sini. Yakin barang bagus, saat dijual harga lagi turun,” ujarnya.

Mitos di sekitar kayu gaharu

Kayu gaharu yang berbau harum ternyata juga menyimpan beragam miitos, baik di kalangan pendagang maupun pemburu kayu gaharu sendiri.

Martinus mengatakan, kayu gaharu kerap memunculkan keanehan. Misalnya, lampu yang menerangi galerinya tiba-tiba rusak dan mati. Peristiwa itu sering terjadi, sehingga dia memutuskan membiarkan ruangan tersebut gelap gulita jika malam hari.

“Boleh percaya boleh tidak. Bola lampu di ruangan ini selalu putus setiap dipasang. Makanya kita biarkan ruangan ini gelap,” ujarnya.

Sementara dari kalangan pemburu kayu gaharu, mitos seperti kayu menghilang atau tiba-tiba tidak berisi sudah menjadi lumrah. Biasanya, hal itu terjadi karena kayu tidak segera diambil saat ditemukan di dalam hutan.

Menurut Martinus, mencari kayu gaharu di dalam hutan harus dibarengi dengan niat yang baik agar tidak menemui hal-hal yang aneh.

“Kayu ini bermakna kebaikan, mengambilnya pun harus dengan niat kebaikan. Kita banyak dengar cerita seperti itu dari pemburu,” katanya.

Baca juga: Porang Madiun Menjadi Buruan Pengusaha Jepang dan China

Namun dari semua kekhawatiran dari bisnis kayu gaharu, menurut Martinus, adalah semakin sulitnya kayu gaharu ditemukan di hutan. Kayu gaharu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa memiliki isi yang berbau harum. Sementara dari upaya budidaya kayu gaharu akan terbentur kualitas kayu yang dihasilkan.

"Tahun ini merosot cukup tajam. Semakin sulit mendapatkan kayu gaharu jenis super king, karena proses alami pembentukan isinnya membutuhkan waktu cukup lama," pungkasnya.

Kompas TV Seorang warga Indonesia pun berhasil mengenalkan tempe dengan nama Rusto Tempeh di Negeri Sakura tersebut.  
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com