Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Buah Bintaro, Mahasiswa Malang Buat Bioetanol

Kompas.com - 01/08/2017, 15:47 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Jawa Timur membuat bahan bakar bioetanol dari buah bintaro. Buah yang kerap ditemui di pinggir jalan dan pesisir pantai itu diekstrak kemudian diambil kandungan bioetanol yang terkandung di dalamnya.

Rangga Ega Santoso, mahasiswa semester 8 Jurusan Teknik Mesin mengatakan, ada sejumlah tahapan untuk mengeluarkan kandungan bioetanol dari dalam buah tersebut. Pertama, buah berbentuk bulat mirip telur itu dikeringkan selama tiga hari pada suhu 80 derajat celsius.

Setelah itu, buah digiling hingga berbentuk serbuk dengan ukuran 60 mesh. Tahapan berikutnya adalah proses delegnifikasi. Pada tahapan ini, serbuk buah tersebut di rendam pada larutan NaOH 1 N selama 60 menit dalam suhu 100 derajat selsius.

"Setelah itu dinetralkan pH-nya (derajat keasaman) dengan air hasil suling atau aquades," katanya di laboratorium UM, Selasa (1/8/2017).

Baca juga: Mahasiswa ITB Ciptakan Giroskop Militer Pertama Indonesia

Kemudian, serbuk itu disaring dan dimasukkan ke dalam oven selama satu hari. Setelah itu, dilakukan hidrolisis atau pemecahan oleh air dengan bantuan katalis asam sulfat sebesar 6,5 persen.

"Lalu disaring dulu serbuknya diambil filtratnya (cairannya)," ujarnya.

Setelah itu dilakukan fermentasi dengan cara menambahkan bakteri Zymomonas mobilis dengan kadar lima persen selama tiga hari dalam suhu ruangan 25 hingga 26 derajat celsius.

Setelah proses fermentasi selesai, cairan itu dipanaskan pada suhu 50 derajat celsius untuk menghentikan kinerja mikroorganisme dalam proses fermentasi.

"Ketika suhunya sudah 50 derajat celsius harus diambil. Tidak boleh lebih. Kalau lebih etanolnya menguap," sebutnya.

Terakhir adalah proses distilasi untuk mengeluarkan kadar bioetanol dalam cairan itu. Proses distilasi dilakukan pada suhu 73 derajat celsius supaya kandungan etanolnya menguap. Suhu itu harus stabil selama dua jam supaya kadar air yang terkandung di dalam cairan itu tidak ikut.

Rangga mengatakan, inovasinya itu dilatari oleh kekhawatirannya akan terjadi krisis energi di Indonesia. Padahal, Indonesia adalah negara dengan aneka ragam hayati.

"Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Djajang Sukarna pernah bilang kalau Indonesia tahun 2030 akan impor energi. Jadi kita berpikir mana mungkin Indonesia yang notabenenya adalah negera mega biodeversiti (beragam keaneka ragaman hayati) justru melakukan impor energi," kata dia.

Karenanya, ia bersama sejumlah mahasiswa yang lain berfikir untuk mendapatkan bioetanol melalui buah bintaro. Menurut dia, satu kilogram berat basah buah bintaro bisa menghasilkan sembilan mililiter bioetanol.

Selain Rangga, mahasiswa yang turut terlibat dalam inovasi tersebut adalah Nur Fitriana mahasiswa semester 6 Jurusan Biologi, Maria Carolina Y, mahasiswa semester 4 Jurusan Teknil Sipil dan Firda Chynthia D mahasiswa semester 4 Jurusan Pendidikan Kimia.

Kompas TV Plastik dari Limbah Kulit Pisang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com