Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Terima Kasih Pak Tentara, Kami Bisa Lolos dari Sunat Kampung"

Kompas.com - 27/07/2017, 17:28 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Suara tangisan sejumlah anak terdengar di ruangan kelas V B SD GMIT Oeltua, Desa Oeltua, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Meski tangisan itu terdengar kencang, Sapris Takain (16) tetap semangat. Ia melangkahkan kakinya masuk ke ruangan tersebut.

Di dalam ruangan kelas berukuran cukup besar, terdapat tujuh meja. Meja itulah yang dijadikan tempat tidur anak-anak dan pemuda yang akan disunat oleh petugas medis dari RS Angkatan Udara El Tari Kupang dan sejumlah satuan dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Kepolisian.

Dengan mengenakan kaos berkerah warna merah dan celana pendek warna hitam, remaja yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA Negeri I Taebenu itu pun dengan santai masuk ke dalam ruangan.

(Baca juga: Ratusan Siswa Sambut Tahun Baru Islam dengan Tradisi Kemanten Sunat)

 

Sapris pun melihat ke arah petugas yang memanggil namanya dan memberi aba-aba untuk segera naik ke atas meja dan langsung berbaring. Raut wajahnya berubah. Ia terlihat sedikit takut melihat peserta sunat di kiri dan kanannya menjerit kesakitan. 

Tapi ia sudah bertekad untuk sunat. Kurang dari 30 menit, proses sunat yang ditangani dua petugas medis selesai. Senyum tipis menghiasi wajahnya sambil menerima sarung dari petugas untuk dikenakannya.

Sapris lalu menuju ruangan lain untuk mengambil obat. Ia antre bersama teman dan warga lainnya yang ikut berobat dan sunatan massal dalam rangka bakti sosial kesehatan dalam rangka peringatan ke-70 hari bakti TNI AU 2017.

“Terima kasih pak tentara khususnya Angkatan Udara. Sekarang kami sudah bisa lolos dari sunat kampung (tradisional)," ujar Sapris kepada Kompas.com di sela-sela kegiatan itu, Kamis (27/7/2017). 

"Sunat kampung yang saya takutkan, selain sakit karena tidak pakai obat bius, biasanya budaya kami di sini namanya sifon, yakni setelah sunat, kami diharuskan ke lokalisasi untuk berhubungan badan, sehingga kami takut kena penyakit HIV/AIDS,” tambahnya.

(Baca juga: Praktik Sunat Perempuan Masih Terjadi di Singapura, Mengapa?)

Apris bersyukur karena warga desanya mendapat perhatian dari TNI Angkatan Udara khususnya Pangkalan Udara El Tari Kupang. Ia pun berharap, pemerintah daerah maupun TNI secara rutin menggelar kegiatan itu.

Komandan Pangkalan Udara El Tari Kupang Kolonel Pnb Ronny Irianto Moningka mengatakan, Desa Oeltua dipilih karena TNI AU belum pernah mengunjunginya. Padahal lokasinya dekat dengan Pangkalan Udara El Tari Kupang.

Sementara itu, Sekretaris Kecamatan Taebenu Wem Taopan mengatakan, warganya tersentuh dengan kegiatan ini. Ia pun berterima kasih untuk TNI AU khususnya Pangkalan Udara El Tari yang menggelar pengobatan dan sunatan massal.

"Ini sangat penting dan sangat membantu kami, karena masyarakat Taebenu kemampuan ekonomi terbatas sehingga banyak yang tidak sampai ke puskesmas atau rumah sakit sehingga kami menyambut kegiatan ini dengan sukacita,” ucap Taopan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com