Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Wolter, Warga Jerman yang Hilang di Gunung Sibayak

Kompas.com - 24/06/2017, 11:47 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

Kompas TV Nenek 91 Tahun Asal Jerman Ini Jago Akrobatik

"Tim SAR gabungan ada sekitar 70-an personel, 40 personel dibagi tiga lokasi, masing-masing akan melakukan pencarian di Sibolangit, Panatapen dan pos Batu Kapur. Hari ini tambah pers dari Brimob 15 orang. Kendala pencarian, medannya terjal dan jurangnya dalam, radius pencarian di perlebar lagi hari ini," kata Rina.

Jalur pariwisata atau jalur panorama yang dilalui Wolter adalah jalur yang tingkat kesulitan pendakiannya baik untuk pemula. Jalur ini akan mengantar kita pada kaki dan puncak dua Gunung Sibanyak.

Sepanjang perjalanan, kami akan menemui hutan yang sudah terbuka tutupannya, runtuhan tebing dan beberapa jurang. Jalur ini bisa ditempuh dengan sepeda motor dan mobil, bahkan ada angkot yang meski jumlahnya terbatas akan mengantar kita ke kaki gunung.

Sampai di kaki gunung, sebelum menapaki anak tangga batu, kita akan menjumpai ramai warung-warung beratap rumbia dan berdinding terpal biru yang menjajakan makanan dan minuman.

Sejak Gunung Sinabung ditutup jalur pendakiannya karena terus terjadi erupsi, para pendaki dan pengunjung yang ingin menikmati wisata vulkanik akan memadati Gunung Sibanyak.

Setiap malam minggu dan hari-hari libur atau Lebaran ini, pengunjung akan mbludak dan menyesaki setiap sudut gunung dengan tenda-tenda.

Maka tempat penitipan kendaraan menjadi ladang subur bagi para pedagang yang kebanyakan penduduk setempat. Belum lagi biaya sewa lapak dan kamar mandi.

Sayang, banyaknya orang yang datang malah membuat gunung awut-awutan. Bukit-bukit dikeruk, pohon-pohon ditebang, dan sampah di mana-mana menjadi pemandangan yang menyakitkan mata para pecinta lingkungan.

"Semua tak peduli, habis Sibayak diperkosa. Banyak orang tidak punya jiwa dan pikiran konservasi, mereka datang hanya untuk merusak. Sementara Pemda dan instansi berwenang loyo, tak ada kerjanya, rusaklah alam ini," kata Rha Wungu, seorang aktivis lingkungan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com