Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Wolter, Warga Jerman yang Hilang di Gunung Sibayak

Kompas.com - 24/06/2017, 11:47 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Pada hari kedua pencarian oleh tim gabungan, Wolter Klaus, warga negara Jerman yang dikabarkan hilang sejak Kamis (22/6/2017), belum juga ditemukan.

Wolter dilaporkan pihak Hotel Sibayak ke Polisi Sektor Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, karena tidak kembali ke kamar nomor 120 yang disewanya pada Rabu (21/6/ 2017).

Resepsionis hotel, Johanes Tarigan, mengatakan, Wolter melakukan check-in sekitar pukul 14.00 WIB. Setelah itu, dia bilang akan mendaki Gunung Sibayak.

Saat dilakukan pengecekan di pos redistribusi pendakian Gunung Sibayak di Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, nama Wolter terdaftar di buku register pendakian masuk pada Rabu pukul 14.45 WIB.

Pada Kamis sekira pukul 15.00 WIB, pihak hotel menelepon ke kamar Wolter untuk mengonfirmasi dirinya untuk check-out atau memperpanjang kamarnya, namun tidak ada jawaban.

Pihak hotel lalu memeriksa kamar dan hanya menemukan barang-barang Wolter saja. Pegawai hotel, M Karo-karo, lalu melaporkan kejadian ini ke Polsekta Berastagi. Polisi datang ke hotel dan melakukan pemeriksaan ulang di kamar Wolter.

Sempat dilakukan pencarian di seputaran kaki gunung berapi aktif setinggi 2.094 meter dpl ini, namun karena kondisi cuaca tidak memungkinkan, pencarian dihentikan.

Tim SAR gabungan lalu turun melakukan operasi pencarian, Jumat (23/6/2017), namun belum menemukan keberadaan korban.

(Baca juga: Warga Australia Ditemukan Tewas di Kamar Mandi Hotel Bintang 4)

Adi dari Kantor Basarnas Medan mengatakan, kendala tim SAR gabungan di proses pencarian adalah minim saksi karena Wolter tidak menggunakan jasa pendamping atau pramuwisata.

"Hanya bermodal check-in di hotel dan daftar retribusi ke Sibayak. Dia masuk dari jalur pariwisata. Tim gabungan akan melakukan pencarian selama tiga hari dan maksimal tujuh hari," ucapnya, Sabtu (24/6/2017).

Tim SAR gabungan terdiri dari 20 personel tim rescue Basarnas Medan, 25 personel Polres Tanah Karo, 5 personel Polsek Berastagi, 10 personel Brimob Polda Sumut, 5 personel Koramil dan 10 personel Kodim. Kemudian, 5 relawan BPBD, 3 jurnalis dan 10 Mapala dari Politeknik Medan.

Titik pencarian dibagi empat yaitu jalur 54-Doulu, Pancur Umang-Sungai Kering, Batu Cadas-Deleng Pintau dan pemandian Semangat Gunung-Pertamina.

Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Medan, M Agus Wibisono yang berada di Gunung Sibayak tidak membalas panggilan masuk Kompas.com. Begitu juga dengan Kapolsek Berastagi Kompol Agustinus Sitepu.

"Enggak ada sinyal di sana. Pagi ini ada penambahan dari potensi dan dari Brimob yang saat ini masih di perjalanan," kata Adi lagi.

Kepala Bidang Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Ginting menyebutkan, tim SAR gabungan akan menyisir tiga lokasi yaitu Sibolangit, Panatapen dan Pos Batu Kapur.

"Tim SAR gabungan ada sekitar 70-an personel, 40 personel dibagi tiga lokasi, masing-masing akan melakukan pencarian di Sibolangit, Panatapen dan pos Batu Kapur. Hari ini tambah pers dari Brimob 15 orang. Kendala pencarian, medannya terjal dan jurangnya dalam, radius pencarian di perlebar lagi hari ini," kata Rina.

Jalur pariwisata atau jalur panorama yang dilalui Wolter adalah jalur yang tingkat kesulitan pendakiannya baik untuk pemula. Jalur ini akan mengantar kita pada kaki dan puncak dua Gunung Sibanyak.

Sepanjang perjalanan, kami akan menemui hutan yang sudah terbuka tutupannya, runtuhan tebing dan beberapa jurang. Jalur ini bisa ditempuh dengan sepeda motor dan mobil, bahkan ada angkot yang meski jumlahnya terbatas akan mengantar kita ke kaki gunung.

Sampai di kaki gunung, sebelum menapaki anak tangga batu, kita akan menjumpai ramai warung-warung beratap rumbia dan berdinding terpal biru yang menjajakan makanan dan minuman.

Sejak Gunung Sinabung ditutup jalur pendakiannya karena terus terjadi erupsi, para pendaki dan pengunjung yang ingin menikmati wisata vulkanik akan memadati Gunung Sibanyak.

Setiap malam minggu dan hari-hari libur atau Lebaran ini, pengunjung akan mbludak dan menyesaki setiap sudut gunung dengan tenda-tenda.

Maka tempat penitipan kendaraan menjadi ladang subur bagi para pedagang yang kebanyakan penduduk setempat. Belum lagi biaya sewa lapak dan kamar mandi.

Sayang, banyaknya orang yang datang malah membuat gunung awut-awutan. Bukit-bukit dikeruk, pohon-pohon ditebang, dan sampah di mana-mana menjadi pemandangan yang menyakitkan mata para pecinta lingkungan.

"Semua tak peduli, habis Sibayak diperkosa. Banyak orang tidak punya jiwa dan pikiran konservasi, mereka datang hanya untuk merusak. Sementara Pemda dan instansi berwenang loyo, tak ada kerjanya, rusaklah alam ini," kata Rha Wungu, seorang aktivis lingkungan.

 

Kompas TV Nenek 91 Tahun Asal Jerman Ini Jago Akrobatik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com