Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Orangtua Buru Surat Keterangan Tidak Mampu demi Sekolah Anak

Kompas.com - 22/06/2017, 19:00 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Azan dzuhur terdengar jelas di kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DI Yogyakarta, Kamis (22/6/2017) tepat pukul 11.41 WIB. Akan tetapi, aktivitas kantor yang berada di Jalan Cendana nomor 9, Kelurahan Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, itu masih terlihat sibuk.

Masyarakat yang berasal dari kota/kabupaten di DIY terus mendatangi gedung berlantai dua itu hingga siang hari. Konon ratusan bahkan ribuan masyarakat yang sudah keluar dan masuk dari kantor tersebut hingga pukul 112.00 WIB.

Mereka yang datang itu merupakan orangtua yang datang untuk mengurus surat keterangan tidak mampu (SKTM). SKTM itu nantinya digunakan untuk keperluan penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat SMA/SMK tahun ajaran 2017/2018.

Ya, demi anak mereka, para orangtua rela menunggu berjam-jam dipanggil petugas Disdikpora DIY. Ada yang sampai tertidur, ada yang duduk lesehan di lantai, dan ada pula yang duduk di atas kursi.

Satu di antaranya Sumanto (61), warga RT 2/2 Kampung Banteng Wareng, Desa Tancep, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul yang duduk lesehan menunggu panggilan tersebut.

Pria yang kesehariannya bekerja sebagai pengayuh becak ini setia menunggu namanya dipanggil sejak pukul 08.30 WIB. Wajar saja, ia mendapatkan nomor antrean dengan angka 1696, sedangkan kala itu nomor antrean yang dipanggil baru di angka lima ratusan.

(Baca juga: Heboh SKTM Palsu untuk Daftar PPDB "Online" di Jawa Tengah)

Beruntung dia tak sendiri, pria berkulit sawo matang itu ditemani anak bungsunya yang baru saja dinyatakan lulus dari SMP Negeri 4 Ngawen, Sigit Nugroho (15).

Keduanya pun ditemani tetangganya dari kampung yang berjumlah delapan orang. Kedelapan orang itu juga ikut mengurus SKTM di kantor Disdikpora DIY.

“Saya datang ke sini naik mobil pinjam tetangga. Berangkat dari sana (rumah) pukul 06.30 WIB. Sampai sini sekitar pukul 08.15 WIB,” ujar Sumanto ketika berbincang dengan Kompas.com.

Demi anak

Pengayuh becak yang biasa mangkal di daerah Demangan ini sengaja mengurus SKTM agar anaknya bisa mendapatkan kesempatan sekolah sampai tingkat SMA. Ia menginginkan anak bungsu dari tiga bersaudara itu kelak membantu orangtuanya setelah lulus dari SMA.

“Yang penting anak saya mau sekolah. Karena anak saya punya cita-cita ingin buka bengkel sendiri,” tutur Sumanto.

Sumanto mengaku tak memaksakan kehendak anaknya untuk melanjutkan sekolah setelah lulus dari SMP. Bukan tanpa sebab, ia tak memiliki penghasilan tetap dengan berprofesi sebagai pengayuh becak.

“Penghasilan enggak bisa ditentukan, masalahnya saya mangkal di hotel itu kadang ada tamu, kadang engga ada. Kalau enggak ada tamu ya pasti tidak dapat uang, kalau lagi ramai ya lumayan,” kata pria yang jarang pulang ke rumah ketika mencari rezeki di Kota Yogyakarta itu.

Namun dengan adanya kesempatan masuk sekolah negeri melalui jalur SKTM, ia berharap anaknya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Anaknya pun berencana melanjutkan sekolahnya di SMK 1 Ngawen dengan mengambil jurusan otomotif.

“Siapa tahu bisa membantu orangtuanya setelah lulus dari SMK nanti,” kata Sumanto.

Niat serupa juga diutarakan Windarti (46), warga Kampung Joyonegara, Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta. Windarti yang ikut mengurus SKTM ini sudah mengantre sejak pukul 08.30 WIB. Ia mendapatkan nomor antrean dengan angka 1786.

“Demi anak, enggak apa-apa mengantre lama. Soalnya hari ini juga terakhir buka sebelum cuti bersama,” kata Windarti.

Wanita yang hanya ibu rumah tangga ini ingin anaknya, Puspita Ega Trisnawati (15), bisa masuk ke SMK Negeri 6 Kota Yogyakarta. Dia berharap, gadis lulusan SMP Taman Siswa itu bisa memiliki ketrampilan dengan masuk SMK.

“Harapannya setelah lulus bisa langsung kerja. Karena ayahnya hanya seorang satpam,” kata Windarti singkat.

Kepala Disdikpora DIY, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan, masyarakat yang datang ke kantornya merupakan orangtua yang mengurus SKTM untuk bisa menjadi kelompok pendaftar khusus siwa tidak mampu.

Selain itu, lanjut dia, ada juga orangtua yang datang untuk mengurus penambahan nilai karena anaknya punya prestasi akademik atau non akademik. Adapun pengurusan itu, kata dia, untuk bisa mengikuti PPDB sekolah negeri di DIY melalui jalur siswa miskin dan siswa berprestasi.

“Sebetulnya sudah kami imbau supaya kolektif tapi orangtua kalau tidak datang itu tidak marem (puas). Ya sudah kami layani,” kata Aji di kantor Disdikpora DIY.

Aji mengatakan, pihaknya memberikan pelayanan one stop servise untuk para orangtua yang datang. Artinya, kata dia, proses pendaftaran tidak memakan waktu yang lama lantaran hanya tinggal memasukkan data ke aplikasi online milik Disdikpora DIY.

“Jadi begitu datang ke sini membawa syarat yang harus dibawa. Kalau memenuhi syarat, maka anaknya masuk kelompok siswa miskin atau siswa yang berprestasi. Siswa berprestasi nanti langsung tambah nilainya,” tutur Aji.

Aji menuturkan, pendaftaran siswa kelompok SKTM dan siswa berprestasi sudah berlangsung sejak 19 Juni 2017 sampai 22 Juni 2017. Menurut dia, pendaftaran kembali dibuka setelah libur Lebaran pada 29 Juni 2017 sampai 30 Juni 2017.

Adapun total siswa yang masuk kelompok SKTM sampai 21 Juni 2017 tercatat sudah mencapai 1.994 siswa, sedangkan siswa yang masuk kelompok berprestasi mencapai 1.499 siswa.

“Kuota siswa miskin itu 20 persen dari 50.000 siswa. Itu (50.000) itu total siswa SMA/SMK yang diterima pada tahun ini,” ujar Aji.

 

Kompas TV Pemerintah Ancam Berikan Sanksi Para Spekulan Bawang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com