Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penderita Tumor Otak, Balita Sudah Menstruasi hingga Kebutaan

Kompas.com - 08/06/2017, 21:43 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Kiko, Yafi, Imam, Pradika, dan Nadia merupakan penderita tumor otak atau kelenjar hipofisis yang berada dalam penanganan Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Kota Malang.

Mereka mengalami penyakit itu dengan manifestasi yang berbeda - beda.

Seperti yang terjadi pada Pradika, pemilik nama lengkap Pradika Angga Pratama. Akibat tumor otak yang dialaminya, remaja usia 16 tahun itu mengalami kebutaan.

Awalnya, remaja asal Oro - oro Ombo, Kota Batu itu sering mengalami pusing dan mimisan waktu masih duduk di bangku SMP. Kemudian setelah melanjutkan pendidikan di SMKN 1 Kota Batu, penglihatannya mulai kabur.

Ketika itu Pradika masih bisa melihat dengan bantuan kacamata. Namun, kondisi penglihatannya terus memburuk. Lalu pada Bulan Desember 2016 lalu, Pradika dibawa ke dokter dan didiagnosa menderita tumor otak.

"Minusnya kok tambah tinggi. Disarankan ke dokter mata, terus disuruh ke dokter saraf pada bulan Desember 2016 kemarin," katanya saat ditemui di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar, Kota Malang, Kamis (8/6/2017).

Pradika sudah pernah menjalani operasi di Rumah Sakit Persada Bunda, Kota Malang pada Januari lalu. Namun tumor di otaknya masih belum bisa diangkat.

Baca juga: Meski Menderita Tumor di Pundak, Guru Ini Terus Mengajar

Adapun Nadia Fadiatul Azka mengalami dampak yang berbeda akibat tumor otak yang dideritanya.

Anak usia 7 tahun itu mengalami menstruasi sejak balita tepatnya usia 4 tahun 6 bulan. Menstruasi itu dialaminya selama tujuh hari. Namun tidak rutin datang setiap bulan seperti yang terjadi pada orang normal biasanya.

"Tahu kalau ada tumor setelah periksa ke rumah sakit," kata Riati, ibu Nadia.

Akibat menstruasi yang tidak wajar, anak asal Desa Wonosari, Kabupaten Malang itu juga mengalami masa puber dini.

Sementara Imam Mashuda, remaja berusia 18 tahun asal Randuagung, Singosari, Kabupaten Malang grafik tubuhnya semakin meninggi akibat penyakit tumor otak yang dialaminya.

Saat ini, tingginya sudah mencapai 186,5 sentimeter. Berada di atas rata - rata orang normal pada umumnya.

Tidak hanya itu, matanya yang kiri sudah tidak bisa melihat. Sementara matanya yang kanan penglihatannya sudah mulai kabur. "Kalau yang kanan, sekitar tiga meter sudah tidak bisa melihat," jelasnya.

Kemudian Kiko Krisnanda, remaja berusia 21 tahun asal Sawojajar, Kota Malang tingginya sudah mencapai 203 sentimeter akibat tumor di otaknya. Namun, tumor di otaknya sudah tinggal lima persen setelah menjalani pengobatan di Australia.

Hal yang sama dialami Yafi Hidayanto, remaja berusia 18 tahun asal Pujon, Kabupaten Malang. Akibat tumor otak, tinggi badannya mencapai 210 sentimeter. Namun ia sudah menjalani pengobatan di Australia dan akan kembali ke negara kanguru itu untuk menjalani pengobatan lebih lanjut.

Pengobatan ke Australia

Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Umum Syaiful Anwar, DR Haryudi AC, SpA mengatakan, penyakit tumor otak jika tidak ditangani akan terus membesar dan mendesak saraf lainnya sehingga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Seperti kebutaan, tubuh semain meninggi tidak wajar dan menstruasi dini.

"Karena tumor ini kalau membesar terus mendesak," jelasnya.

Pihaknya akan berupaya untuk membawa Imam, Pradika dan Nadia ke Australia untuk menjalani pengobatan seperti yang dijalani Kiko dan Yafi. Sebab, di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar belum ada alat terapi pancaran sinar proton untuk mendeteksi lebih spesifik tumor yang berkembang.

Untuk itu, pihaknya sudah mengajukannya ke Yayasan Children First Australia untuk menjalani perawatan di Melbourne, Australia.

"Terapi sinar proton disini belum ada. Karena spesifik untuk tumornya. Sangat fokus pada tumornya," jelasnya.

Baca juga: Derita Tumor Tulang di Kaki hingga Tak Bisa Jalan, Jaka Batal Ikut UN

Kompas TV Seorang anak di Gorontalo menderita tumor di bagian ginjal dan kini membutuhkan biaya untuk operasi. Karena keterbatasan ekonomi, bayi berama Martin ini tak dapat berobat maksimal untuk mengobati tumor perut di bagian ginjalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com