Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beduk Khas Lereng Andong Diminati Hingga Mancanegara

Kompas.com - 31/05/2017, 14:16 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

Harga beduk buatan Khuzaemadi bervariasi tergantung ukuran, ukiran, dan komponen lainnya. Dia menyebut, harganya berkisar Rp 12 juta sampai Rp 70 juta per buah sudah sepaket dengan kentongan dan penyangga beduk.

Untuk ukuran beduk bervariasi, tergantung keinginan pemesan. Mulai ukuran yang paling kecil berukuran diameter sekitar 50 sentimeter hingga paling besar pernah mencapai diameter 2 meter.

Khuzaemadi melibatkan sekitar 12 orang tukang untuk membuat satu buah beduk, terdiri dari tukang kayu, cat, hingga tukang ukir.

"Membuat satu beduk tidak sanggup jika dikerjakan hanya satu orang, tapi butuh kerja sama antar-tukang dengan macam-macam keahlian. Jadi tidak ada namanya bos di sini, semua memiliki andil," tuturnya.

Pemesan tidak perlu khawatir dengan kualitas beduk buatan Khuzaemadi, karena dia memberikan garansi selama 15 tahun. Untuk 5 tahun pertama, garansi pecah dan teter (hewan pengerat kayu), garansi selanjutnya untuk ketahanan beduk.

Dengan semakin banyaknya perajin beduk, Khuzaemadi mengaku merasakan dampaknya berupa penurunan pembeli. Meski demikian, dia optimistis beduk buatannya tetap diminati hingga sekarang.  

"Kami punya langganan orang Medan yang pasti ambil beduk dari sini. Ada juga yang dari Malaysia, Singapura, dari Italia juga ada," kata suami dari Siti Maesaroh ini.

(Baca juga: Beduk Tertua Ramaikan Takbir Keliling di Purwakarta)

Khuzaemadi mengaku tidak menduga berbisnis beduk. Karena ia tidak memiliki kemampuan maupun ketrampilan membuat beduk sebelumnya.  Dia juga tidak pernah belajar secara khusus tentang pembuatan bedug ini. 

Saat itu, sambung Khuzaemadi, bisnis jual beli sapi yang digelutinya bangkrut. Harta benda milik keluarganya pun habis dijual untuk membayar hutan, dan hanya menyisakan sebuah rumah yang kini ditempatinya.

Dia juga sempat merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Namun tidak lama ia kembali ke kampung halamannya di kaki Gunung Andong itu.

Hingga suatu ketika ada tetangganya yang meminta bantuannya untuk membuatkan beduk untuk masjid di Dusun Canggalan, Desa Ngasingan, Kecamatan Grabag.

Khuzaemadi menyanggupinya. Lalu dengan tekad kuat membuat beduk dari kayu canggal (pokok kayu). Kayu itu gabungan pohon kanthil dan kenanga.

"Ketika itu hanya ada satu pohon itu, saya buat beduk dengan modal seadanya. Saya jual Rp 180.000. Sampai saat ini masih ada bedunk itu, saya rela membelinya lagi sampai Rp 10 juta tapi warga di sana tidak mau," kenangnya terkekeh.

Sejak saat itu, banyak orang yang pesan beduk kepada dirinya. Mulailah Khuzaemadi berbisnis kerajinan ini hingga sekarang. Kondisi keuangannya lambat laun pulih bahkan lebih.

Jatuh bangun usaha pernah dialaminya tapi dia tidak pantang menyerah. Sudah berkali-kali Khuzaemadi ditipu oleh pembeli tapi dia selalu ikhlas. Kerugiannya adalah sedekah dan akan diganti berlipat oleh Tuhan. Dia juga terus berinovasi serta memperbaiki manajemen bisnisnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com