Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Anak-anak di NTT Mulai Bicara dan Peduli Kesetaraan Gender

Kompas.com - 21/05/2017, 15:13 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Pertemuan sore menjelang maghrib terasa hangat, meski ruang lobi Hotel Aston Kupang, Nusa Tenggara Timur, terasa dingin akibat embusan udara dari penyejuk ruangan.

Hangatnya pertemuan antara 11 orang anak remaja perempuan dan laki-laki dari sejumlah kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) itu dengan mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Linda Amalia Sari (Linda Gumelar), karena diisi dengan diskusi mengenai kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki.

Suasana yang sempat kaku di awal pertemuan itu, mulai berubah mencair tatkala Linda Gumelar mengajak para remaja untuk santai dan mengungkapkan semua hal yang diketahui para remaja, khususnya kesetaraan gender di wilayah NTT.

Ditemani teh dingin dan pisang goreng keju, secara bergantian para remaja yang tergabung dalam koalisi anak muda untuk perempuan atau Youth Coalition for Girl (YCG), menyampaikan persoalan kesetaraan gender di provinsi yang berbatasan dengan negara Timor Leste dan Australia itu.

Pertemuan para remaja yang berusia antara 15-19 tahun dengan Linda Gumelar, difasilitasi oleh Plan International Indonesia Area Timor.

Tiga orang perwakilan remaja masing- masing Koordinator YCG for Girl Kota Kupang, Rema Dubu, Priscilla Mariana, dan Franklin Pito Jella, secara bergantian menjelaskan kondisi di NTT. Terutama soal pemahaman keluarga terkait persamaan hak, soal pendidikan antara laki-laki dan perempuan, pernikahan di usia anak, serta perdagangan manusia.

Koordinator YCG for Girl Kota Kupang Rema Dubu mengatakan, mereka sebagai relawan berkomitmen menerapkan nilai-nilai kesetaraan gender ke dalam kehidupan pribadi, lingkungan, dan organisasinya masing-masing.

Selain itu lanjut Rema, relawan ini juga secara aktif berjejaring satu sama lain dalam rangka mempromosikan hak anak perempuan melalui berbagai bentuk kontribusi, di antaranya ikut menulis cerita anak perempuan yang bisa langsung disampaikan melalui sebuah website dan terlibat dalam kegiatan yang mempromosikan hak anak baik secara online maupun offline.

“Kita juga membantu kaum muda atau anak perempuan yang mengalami kekerasan seksual, dikasari, ditindas, dan dirundung, serta kekerasan dalam pacaran. Karena kesetaran laki laki dan perempuan, posisi perempuan masih di bawah, maka kita anak muda sangat gencar untuk publikasi dan perkenalkan soal kesetaraan gender ini,” kata Rema yang diamini dua rekannya yang lain, Franklin Pito Jella dan Priscilla Mariana, Jumat (19/5/2017) malam.

Ia berharap, anak anak seusianya di NTT, bisa segera bergabung dengan mereka di YCG sehingga bisa membangun NTT menjadi lebih baik. YCG sendiri dibentuk oleh Plan International Indonesia.

”Perempuan itu adalah makhluk yang harus dilindungi dan kita harus ingat bahwa anak-anak yang pintar itu hanya dilahirkan dari rahim perempuan-perempuan yang pintar,” ujarnya.

Keinginan remaja asal NTT untuk memerjuangkan kesetaraan gender membuat Linda Gumelar mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh para remaja di NTT. Ia mengakui bahwa indeks pembangunan dan pemberdayaan gender masih harus ditingkatkan lagi, karena masih ada jurang pemisah antara laki-laki dan perempuan.

Menurut Linda, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan itu sudah jelas di dalam undang undang, bahwa harus diberikan hak yang sama.

“Tadi kami sementara ngobrol dengan para remaja ini dan banyak masukan dari mereka masih perlu didorong pola berpikir perempuan di NTT untuk bisa sejajar dengan laki-laki dan yang lainnya yakni masalah trafficking yang banyak terjadi di NTT yang terus dilakukan koordinasi untuk menguranginya,” kata Linda.


Menumbuhkan cinta Tanah Air

Linda pun berharap, para remaja di NTT yang tergabung di dalam YCG ini bisa menumbuhkan rasa cinta Tanah Air, jangan berhenti belajar, karena pendidikan yang baik bisa menghasilkan manusia yang baik. Ia juga yakin dengan adanya kelompok YCG ini akan bisa menghasilkan anak-anak NTT lebih baik.

Sementara itu ditempat yang sama, Communication Specialist Plan International Indonesia Area Timor, Agus Haru, menjelaskan dukungan koalisi anak muda ini sejalan dengan tujuan Plan International Indonesia yaitu memperjuangkan sebuah dunia yang adil untuk pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan yang terus dilaksanakan melalui gerakan BIAAG atau Because I Am A Girl secara global.

Kata Agus, pada 11 Oktober 2016 yang merupakan hari anak perempuan international, sukses melaksanakan event  "Sehari menjadi Menteri, Sehari menjadi Gubernur, dan Sehari menjadi Bupati". YCG, kata Agus, yang dibentuk Plan International Indonesia ini menjangkau kaum muda tidak hanya di daerah Plan International tetapi juga di daerah non-Plan International seperti Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, dan Pulau Papua.

Di daerah NTT sendiri menjangkau di Kabupaten Sikka, Lembata, Nagekeo, TTS, TTU, dan juga Kota Kupang. “YCG atau koalisi anak muda untuk perempuan ini dibentuk dengan harapan bisa terus mempromosikan kesetaraan bagi anak-anak perempuan di Indonesia. Anak perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk belajar, menjadi pemimpin, mengambil keputusan dan juga berkembang,” ucapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com