Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempe Bau, Disperindag Grobogan Temukan Pemakaian Air Tak Bersih

Kompas.com - 19/05/2017, 18:52 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah telah rampung melakukan riset kualitas tempe di wilayahnya.

Penelitian ini berangkat dari laporan masyarakat yang mengeluhkan rasa serta bau tak enak pada tempe yang beredar di pasaran. Mendapat laporan tersebut, Disperindag Grobogan membentuk tim internal akhir April lalu.

Mereka mengambil sampel tempe dari para pedagang di sejumlah pasar di Kabupaten Grobogan untuk diuji di laboratorium Dinas Kesehatan setempat.

Tim internal Disperindag juga door to door mendatangi sejumlah pelaku usaha tempe untuk memastikan kualitas tempe.

"Kami juga datangkan perajin tempe untuk membahas permasalahan ini. Dan hasilnya ditemukan jika tempe yang bau, busuk, dan kecut itu dikarenakan pemakaian air yang kurang bersih dalam proses pembuatan tempe. Hal itu berpengaruh pada kualitas tempe," kata Kepala Disperindag Kabupaten Grobogan, Karsono, Jumat (19/5/2017).

Hasil uji sampel tidak ditemukan bahan pengawet pada tempe. "Atas temuan ini kami akan menganggarkan kegiatan pembinaan teknis kepada para pelaku usaha tempe di Kabupaten Grobogan pada perubahan anggaran tahun 2017," tuturnya.

(Baca juga: Warga Grobogan Keluhkan Rasa Tempe Pahit dan Bau Busuk)

 

Untuk diketahui, warga di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah berharap kepada pemerintah setempat untuk mengawasi pelaku usaha tempe di wilayahnya. Sudah hampir setahun ini warga mengeluhkan penurunan kualitas tempe yang dijual di pasaran.

Wahyuningsih (50), warga Jetis, Kota Purwodadi menuturkan, penurunan kualitas tempe sudah terjadi sejak pertengahan tahun lalu.

"Rasa tempe di Grobogan sudah mengecewakan. Rasanya banyak yang pahit, bau tak enak, dan busuk. Untung-untungan dapat yang enak. Kami menduga kualitas tempe sengaja diturunkan untuk memeroleh keuntungan. Tempe dibuat asal-asalan. Kami kesal dan banyak warga pindah ke tahu atau telur," keluh Ningsih.

Keluhan serupa disampaikan warga Jagalan, Kota Purwodadi, Yuliana (43). Ibu rumah tangga ini bahkan telah mencoba kesana-kemari untuk mencari pedagang tempe yang cocok. Hasilnya sama saja, sering sekali ia mengonsumsi tempe dengan kualitas yang buruk.

"Buruknya kualitas tempe menyeluruh pada setiap item tempe. Baik itu tempe Rp 2.000 maupun Rp 6.000 per bungkusnya. Terutama tempe bungkus plastik. Kami juga bingung, kenapa ini. Padahal dari dulu rasa tempe di Grobogan tak ada duanya," terang Yuliana.

(Baca juga: Diplomasi Kuliner lewat Tempe di Qatar, Delicious... Tasty)

"Kadang kami beli enak, kadang juga tidak enak. Pastinya banyak tidak enaknya. Sudah hampir setahun hal ini terjadi. Baunya juga menyengat. Mau beli di toko swalayan atau bakul tak ada bedanya," imbuh Yuliana.

Kompas TV Nugget Berbahan Dasar Daun Kelor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com