Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konservasi Burung Hantu di Yogyakarta Dilirik Peneliti Thailand hingga Spanyol

Kompas.com - 10/05/2017, 15:53 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

Burung hantu, lanjut Lim, sangat kompleks dan hampir sama dengan manusia. Karakter per individu burung hantu itu berbeda sehingga perlu pengamatan dan fokus terutama untuk merawat pemberian dari warga yang kondisinya bermacam-macam.

Bahkan pola kehidupan di area persawahan juga harus diamati dengan kamera trap sehingga ketahuan apa yang dimakan dan seberapa aktif di alam.

"Kami amati, pasang kamera trap. Dilihat saat pulang membawa apa, agar ketahuan polanya dan keaktifannya juga," ucapnya.

Dia menyampaikan, pendekatan dan sosialisasi yang dilakukan hingga warga sadar serta berkomitmen melindungi burung hantu adalah lewat asas manfaat. Jadi masyarakat dikenalkan dan diberikan edukasi tentang manfaat burung hantu.

"Bagaimana warga mau melindungi burung hantu, pendekatannya kami menggunakan asas manfaat, lebih mengena," tandasnya.

Dia menjelaskan, Kawasan Studi dan Konservasi Burung Hantu Serawak Jawa (Tyto alba javanica) Dusun Cancangan memang tidak membuat kandang budidaya sebab untuk membuatnya butuh kandang yang besar dan biaya untuk memberi makan juga besar.

Menurut Lim, pengembangbiakan burung hantu secara alami lebih efektif dengan syarat ada perlindungan.

"Untuk tiga ekor yang di perawatan, itu saja dalam semalam memberi makan kemarin 4-5 ekor tikus, dihitung nominal biaya tinggi. Lebih mudah di alam dan alami, asal dilindungi, karena siklus mereka 6-8 bulan bertelur, jumlahnya bisa 5-7 telur," ungkapnya.

Ke depan, lanjut dia, sosialisasi dan edukasi akan semakin dikuatkan ke sejumlah dusun di sekitarnya. Selain itu, perlu edukasi juga dengan sasaran anak-anak usia dini sehingga kesadaran akan melindungi dan menjaga burung hantu bisa tertanam sejak kecil.

"Ini Saya baru mencari siapa yang bisa membuat komik tentang burung hantu dan tikus. Kalau sudah jadi kita dicetak, lalu dibagikan ke SD sekitar sini, sebagai edukasi, ya sasaranya se kecamatan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com