Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konservasi Burung Hantu di Yogyakarta Dilirik Peneliti Thailand hingga Spanyol

Kompas.com - 10/05/2017, 15:53 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

Pada tahun 2016, tercetus ide untuk membuat Kawasan Studi dan Konservasi Burung Hantu Serawak Jawa (Tyto Alba Javanica). Ide kawasan studi ini setelah ada kerja sama dengan Pertamina unit Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta.

Dari kerja sama itu, Kawasan Studi dan Konservasi Burung Hantu Serawak Jawa (Tyto Alba Javanica) telah memiliki kandang perawatan dan kandang habituasi.

"Kandang perawatan itu untuk merawat yang sakit. Kalau sudah sembuh, ke Habituasi itu untuk melatih memburu tikus, jika sudah bisa mencari makan sendiri di alam baru dilepas liarkan," tuturnya.

Selain itu, di Dusun Cancangan, saat ini juga telah memiliki rumah pengembangbiakan tikus putih untuk stok makanan burung hantu.

Seiring berjalannya waktu, burung hantu yang cedera atau sakit dapat dirawat di kandang perawatan. Bahkan ada beberapa burung hantu yang saat ini di kandang perawatan berasal dari kiriman warga baik di DIY maupun luar daerah.

"Jadi kami mendapat serahan warga, ada dari Minggir Sleman itu dua ekor, Salatiga ada, Srandakan satu ekor. Kondisinya macam-macam, kita rawat bersama Pak Lim (Walik Ketua RCI), beberapa telah pulih dan sudah dilepasliarkan," tuturnya.

Dia menuturkan, awalnya kesulitan mencari tikus untuk makan burung hantu. Bahkan pernah meminta warga untuk memasang perangkap tikus dan hasilnya dikumpulkan, meski mendapat banyak namun beberapa hari langsung habis.

"Pernah kami beli tikus, marmut juga. Kemudian mendapat pelatihan dari Raptor Club Indonesia (RCI) membuat ternak tikus, dan bagaimana menyimpan di freezer sebagai cadangan makanan," tuturnya.

Sejak 2016, seiring menjadi kawasan studi dan konservasi, Dusun Cancangan banyak dikunjungi kelompok tani, peneliti, pengamat burung hingga mahasiswa dan dinas. Mereka yang datang tidak hanya dari DIY, namun dari luar daerah maupun negara tetangga. Bahkan ada juga yang datang dari Barcelona, Spanyol.

"Yang ke sini ada petani dari luar DIY, Balai Pertanian Sumatra Selatan, Petani Karanganyar, Departemen Agriculture Thailand, mahasiswa dari Atmajaya. Ada juga yang ke sini itu dari Barcelona, Spanyol, untuk melihat pengelolaan burung hantu di sini," tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Raptor Club Indonesia (RCI), Lim Wen Sim menyampaikan, ada dua jenis burung hantu yang ada di kawasan Dusun Cancangan.

"Di sini ada dua jenis, pertama Tyto Alba Javanica yang pemakan tikus dan Otus angelinae ini pemakan serangga dan anakan tikus juga," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com