Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Penambang yang Lolos dari Maut Setelah 26 Jam Tertimbun

Kompas.com - 14/04/2017, 16:26 WIB

Tim Redaksi

MINAHASA UTARA, KOMPAS.com - Seperti biasanya, Karno (50), Kamis (13/4/2017) pagi kemarin bersiap bekerja. Dia menjadi pekerja tambang emas di Desa Tatelu, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara.

Peralatan yang dibawanya berupa betel, martil dan linggis. Tak lupa head lamp disematkan di kepalanya.

Pagi itu, sekitar pukul 08.00 Wita, Karno asal Jawa Barat ini bersama 12 rekannya masuk ke dalam lubang galian tambang. Karno dan sejumlah petambang lainnya bekerja di sebuah usaha tambang di Tatelu.

Dibandingkan dengan usaha sejenis lainnya di lokasi itu, tempat Karno bekerja terhitung besar. Di lahan yang dikapling majikan mereka, berbagai mesin pengolah material galian tersedia.

Penambang seperti Karno bertugas untuk menggali material batu dan tanah dari kedalaman. Mereka akan mencari batu rep, jenis batu yang mengandung emas. Rep, dulunya masih mudah diperoleh di permukaan, tapi seiring waktu rep hanya bisa ditemukan pada kedalaman hingga ratusan meter.

Baca juga: Impian Penambang Emas Manado

Pagi itu, Karno dan rekannya memasuki sebuah lubang berukuran tak lebih dari 1,5 x 1,5 meter. Ukuran itu nyaris hanya bisa menampung dua pekerja saling berhimpitan untuk sekali turun ke bawah.

Mereka menggunakan lift sederhana yang ditarik dengan tali baja dengan sistem katrol mesin. Lubang masuk vertikal itu berkedalaman 42 meter.

Lubang vertikal itu disebut pantongan. Butuh waktu yang sangat lama untuk membuat sebuah pantongan yang digali secara manual tahap demi tahap. Untuk menghindari dinding pantongan ambruk, dipasanglah konstruksi kayu dan papan.

Setelah melewati pantongan pertama, Karno menuju ke lubang horizontal yang disebut majuan yang panjangnya kira-kira 4 meter. Dari majuan, mereka harus merayap menuju pantongan kedua.

"Pantongan kedua itu sekitar 40 meter dalamnya, lalu dapat majuan lagi. Kami bekerja di lubang majuan kedua untuk mencari rep," tutur Karno saat ditemui usai dievakuasi pada Jumat (14/4/2017) siang.

Bersama ke 12 penambang lainnya, mereka memecah batu rep dengan peralatan manual.

Pecahan batu itu lalu diisi di dalam karung kecil, untuk diangkut menggunakan lift katrol ke permukaan. Panjangnya majuan dan pantongan tergantung kondisi rep.

"Saat kami berada di dalam, sumber cahaya hanya datang dari senter kepala, dan ada satu bola lampu listrik di atas pantongan," kata Karno.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com