Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Kampung Dinamo Surabaya

Kompas.com - 23/03/2017, 06:30 WIB
Achmad Faizal

Penulis

"Dulu pernah bekerja di sini. Sudah bisa menggulung terus buka sendiri di tempat lain, begitu seterusnya," terang ibu tujuh anak ini.

Saat ini, ada sekitar 40-an warga yang membuka usaha penggulungan dinamo. Saat Surabaya dipimpin Bambang Dwi Hartono, sempat berdiri sebuah koperasi khusus usaha kecil penggulung dinamo. Namun saat ini koperasi tersebut sudah nonaktif.

"Dulu juga pernah ada bantuan dari Pemkot Surabaya, tapi hanya sekali saja," terangnya.

Di bengkel dinamo lainnya ada Kus Hariyono yang mengaku mewarisi usaha bengkel dinamo dari kakeknya. Ia mengaku kerap memperoleh order servis dinamo mesin kapal. Dalam mengerjakan berbagai order, ia dibantu dua pegawainya.

 

Selain mengelola usahanya, Kus kerap diundang untuk mengisi pelatihan service dinamo. Setidaknya, ia pernah diundang oleh dua instansi, yakni Pemkot Surabaya dan Pemkab Tulungagung.

Pengembangan Sentra Usaha

 

Pengembangan sentra usaha di Kampung Dinamo ini merupakan salah satu instumen pengembangan perekonomian warga Surabaya.

Selain kampung dinamo, kampung lontong, dan kampung kue yang sudah eksis, saat ini Surabaya sedang mengembangkan kampung tempe di Kecamatan Tenggilis Mejoyo, dan Kampung Batik di beberapa kecamatan.

"Kampung batik dan kampung tempe sedang dipantau," kata Kepala Dinas Koperasi Kota Surabaya, Eko Haryono.

Penanganan sentra usaha masyarakat ini ditangani oleh lintas instansi. Pembuatan koperasi oleh dinasnya, sedangkan pelatihan manajemen dilakukan Badan Pemberdayaan Masyarakat.

"Jika usahanya sudah level menengah ke atas, maka akan ditangani Pemprov Jawa Timur," tambahnya.

Dia mengaku baru mendapat laporan jika koperasi di Kampung Dinamo sudah lama tidak aktif. Dia berjanji akan segera melakukan kroscek dan memfasilitasi menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT) agar kembali beroperasi.

"Yang pasti kami selalu fasilitasi dari peningkatan sumberdaya manusia dan membantu akses permodalan," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com