Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasang Surut Kopi Merapi

Kompas.com - 17/03/2017, 10:28 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

 

Alami pasang surut

Sumijo yang awalnya bekerja sebagai pegawai di Merapi Golf pada tahun 2010 memutuskan untuk keluar dan memilih fokus di koperasi dan menekuni kopi. Sebab baginya, sebuah pekerjaan akan menghasilkan ketik dijalankan dengan fokus.

Namun, tanpa disangka, di tahun itu terjadi erupsi Gunung Merapi yang besar. Seluruh rumah Samijo dan lahan tanaman kopinya justru luluh lantah.

Bahkan, erupsi Gunung Merapi pada Tahun 2010 juga menyebabkan 90 persen lahan kopi petani rusak. Padahal waktu itu luas lahan kopi di lereng Merapi milik petani mencapai 850 hektar.

Tak hanya itu, aset bangunan gudang koperasi di Dusun Petung beserta hasil panennya hangus. Beruntung, masih ada sisa panen kopi sekitar tiga ton yang disimpan di gudang Jalan Kaliurang Km 20.

"Saya berupaya tiga ton ini dihemat produksinya untuk mencukupi setidaknya dua tahun. Padahal waktu itu permintaan sangat banyak, tetapi harus tetap dihemat," ujarnya.

Pasca erupsi, banyak petani kopi di lereng Merapi maupun pengurus koperasi yang beralih ke penambangan pasir. Selain tanaman kopi rusak, hasil dari penambangan pasir waktu itu terhitung cukup besar.

"Saya tetap bertahan di Kopi. Dari kecil saya sudah suka menanam, waktu itu ikut kakek bertani dan mengolah kopi, jadi sudah turun-temurun," kata Sumijo.

Di tengah pesimisme para petani kopi, Sumijo terus melakukan pendampingan dan memberikan motivasi. Alhasil perlahan-lahan, kopi Merapi kembali bergeliat. Saat ini, lahan kopi petani di wilayah lereng Merapi mencapai 300 an hektar, meliputi Cangkringan, Pakem dan sebagian di Turi. Sedangkan petaninya berjumlah 800 orang.

"Sekarang kebanyakan jenis kopi Robusta. Kalau untuk hasil panen secara keseluruhan selama dua tahun ini mencapai dua ton biji kering," ucapnya.

Petani Kopi di lereng Merapi juga berupaya beralih ke penanaman secara organik. Selain itu, mulai dari perawatan hingga pengolahan biji kopi, kualitasnya pun di tingkatkan sehingga harga jualnya tinggi dan bisa bersaing dengan kopi-kopi lainnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com