Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menabur Benih-benih Toleransi

Kompas.com - 19/02/2017, 14:04 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

"Anak-anak itu kan masih murni, kalau tidak dijejali dengan hal-hal yang negatif , mereka itu akan selalu menerima kebersamaan dan perbedaan. Tinggal bagaimana kita mendidik mereka," ujar Novi.

Diungkapkanya pada kenyataanya dalam kehidupan perbedaan itu memang ada. Karenanya, anak-anak perlu mengenal. Hingga akhirnya muncul sifat dan sikap untuk menghargai dan memahami bahwa sebenarnya perbedaan itu indah.

"Perbedaan itu indah, itulah yang ingin kita tanamkan. Negara ini kan Bhinneka Tunggal Ika, kita harus menerima dan merawatnya," pesan Novi.

Maharsono mengatakan, para guru mengunjungi tempat ibadah umat Katolik untuk mengajak anak-anak sejak dini belajar tentang keberagaman budaya dan agama.

"Untuk Gereja Katolik, mereka ke sini (Gereja Kota Baru). Satu setengah bulan yang lalu, dari SD Ungaran juga ke sini, kemarin SD Budi Mulia 2, lalu TK Beniso, Mereka ke gereja, lalu ke wihara, pura, dan masjid," kata dia.

Maharsono menilai bahwa mengenalkan siswa tentang kebinekaan sejak dini merupakan suatu satu hal yang sangat baik. Kegiatan ini berguna bagi perkembangan anak-anak.

"Model-model seperti ini terus berkembang. Sekolah-sekolah Katolik pun melakukan hal yang sama," ujarnya.

Anak harus diajar tentang pentingnya kejujuran, cinta damai dan toleransi serta kebinekaan. Sekolah sebagai tempat pendidikan telah memiliki kesadaran bersama untuk mengajarkan hal itu sejak sedini mungkin.

Hal itu menumbuhkan kesadaran bersama di sekolah dalam merawat kebinekaan. Ia menuturkan, dalam kunjungan ke gereja, anak-anak sangat responsif dan terbuka. Mereka tidak canggung, aktif bertanya tentang apa yang dilihat secara langsung ataupun apa yang mereka belum tahu.

Mereka antara lain bertanya mengapa di gereja ada patung dan lilin. Ada pula yang menanyakan perbedaan Katoluk dan Kristen.

"Ada juga yang bertanya, Romo yang disalib itu siapa? Maria itu siapa? Pertanyaan sangat cair, spontan dan alamiah, tentu saya terangkan dengan bahasa anak-anak agar mereka paham," ujarnya.

Menurut Maharsono, mengajak anak-anak ke berbagai tempat ibadah ini sangat penting. Perjumpaan menjadikan satu sama lain bisa saling mengenal, saling memahami dan saling menghormati.

"Sekolah sudah menabur benih toleransi dan benih ini akan dapat dirasakan beberapa tahun kemudian," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com