Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Longsor di Kintamani, Tragedi Itu Tidak Datang Tiba-tiba

Kompas.com - 16/02/2017, 17:15 WIB

Dalam upaya agar mudah mengawasi dan merawat kebun, Wirtana kemudian tinggal di sana. "Rumah asal saya berada di dusun di balik bukit itu," katanya di pos kesehatan, di Desa Songan B, Selasa (14/2).

Ditemui seusai meninjau lokasi bencana di Banjar Bantas, Selasa, Gubernur Bali Made Mangku Pastika membenarkan bahwa kawasan wisata andalan Bali juga menyimpan ancaman bencana alam.

Mangku Pastika meminta pemerintah daerah di Bali meningkatkan kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam penanggulangan dan penanganan bencana. "Kejadian bencana di (Kintamani) sini sudah beberapa kali terjadi. Dahulu pernah di Belandingan," kata Mangku Pastika.

Namun, yang paling penting, kata Mangku Pastika, masyarakat yang berdiam di kawasan rawan bencana harus diingatkan agar waspada bencana selama terjadi cuaca ekstrem. Jika memungkinkan, pindah ke tempat yang lebih aman.

Lima tahun lalu, kata Mangku Pastika, pertengahan Maret 2012, bencana tanah longsor terjadi di dua desa di Kecamatan Kintamani, yakni Desa Belandingan dan Desa Pinggan. Bencana alam itu menelan enam korban jiwa, yakni lima warga Desa Belandingan dan seorang warga Desa Pinggan.

Saat berkunjung ke lokasi bencana, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengingatkan pemerintah daerah, termasuk masyarakat di daerah, agar meningkatkan kewaspadaan. Hal ini dinilai penting selama cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi, terutama bagi daerah yang memiliki lokasi rawan bencana dan warga yang tinggal di lokasi rawan bencana.

"BMKG sejak awal Desember sudah memberikan peringatan bahwa akan berlangsung kemarau basah diikuti hujan dengan intensitas tinggi selama Januari hingga Februari," kata Khofifah seusai kunjungannya ke Desa Songan, Senin. "BNPB juga sudah menyebutkan 323 kabupaten dan kota di Indonesia berisiko tinggi kemungkinan bencana alam," ujarnya.

Pemerintah daerah yang memiliki potensi bencana alam, menurut Khofifah, agar memetakan potensi bencana dan lokasi rawan bencana. Selain itu, menyiapkan upaya deteksi dini secara menyeluruh sehingga dapat meminimalkan dampak dan korban bencana.(COK)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Februari 2017, di halaman 22 dengan judul "Tragedi Itu Tidak Datang Tiba-tiba".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com