Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuwono, Guru Pijat ”Lulusan” Monas

Kompas.com - 31/01/2017, 16:12 WIB

Selain memimpin LP3S, Yuwono belakangan menjadi Pemimpin Yumeiho Indonesia Foundation serta Ketua Standard dan Akreditasi Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Para Pemijat Pengobatan Indonesia.

Lembaga pijat yang didirikan Yuwono cepat berkembang. Dalam waktu beberapa tahun, ia bisa mengembangkan 30 cabang dengan sistem waralaba. ”Tapi sekarang tinggal 10 cabang. Susah karena banyak pemijat yang dibajak. Kita ajari, lalu pindah di tengah jalan,” lanjutnya.

Keuntungan yang diperoleh Yuwono sebagian digunakan untuk mendalami lagi ilmu memijat. ”Pokoknya, kalau punya duit, saya pakai untuk belajar lagi, sampai ke Thailand dan Jepang. Saya berusaha berkembang terus, harus belajar terus. Enggak bisa asal mijit. Harus holistik. Tidak hanya fisik, tapi juga spiritual. Saya juga belajar psikologi pasien, belajar hipnoterapi bekam dan lain-lain. Keterampilan memijat saja enggak cukup. Saya ketagihan belajar,” tuturnya.

Yuwono, antara lain, menimba ilmu beberapa kali di International Institute of Practical Preventive Medicine, Jepang, dan Thai Massage, Wat Po, Thailand. Ia juga mengikuti beragam pelatihan, seperti Pelatihan Calon Auditor Bidang SPA Kementerian Pariwisata, Pelatihan Calon Auditor Bidang Panti Pijat Kementerian Pariwisata, serta Pelatihan Pendidik dan Pelatihan Penguji di Lembaga Sertifikasi Kompetensi Pijat Refleksi Indonesia. Ia juga mendalami ilmu marketing secara formal dan lulus S-2 manajemen pada 2005.

Meski telah belajar ilmu pijat dan sekolah formal di mana-mana, Yuwono selalu mengatakan dengan setengah berkelakar, ”Saya ini hanyalah pemijat lulusan ’Universitas Monas’.”

Pijat mendunia

Ambisi Yuwono untuk mengembangkan LP3S yang didirikannya terus menyala. Kini, ia berusaha memopulerkan pijat tradisional ke dunia internasional. Ketika ditemui Desember lalu, Yuwono sedang mengajarkan teknik memijat kepada Herlovina dan Mila Tolenaars dari Belanda. Mereka berdua membayar Rp 4 juta untuk empat hari pelatihan.

Setelah selesai merampungkan pelatihan, Herlovina akan mempraktikkan ilmu pijat itu di spa untuk anak yang dia kelola di Bali. Sementara itu, Mila akan mempraktikkannya di tempat pijat tradisional bali di Belanda yang telah memiliki lebih dari 100 pelanggan.

”Saya datang ke Jakarta khusus untuk belajar pijat. Saya sempat kesulitan cari sekolah pijat yang terakreditasi dan resmi,” kata Mila.

Yuwono lantas menunjukkan perbedaan pijat yang benar-benar tradisional dengan pijat yang dipelajari di sekolah pijat. Jika pijat tradisional biasa sering kali terasa menyakitkan, pijat tradisional yang sudah diolah terasa lebih lembut.

”Khasiatnya sama, rasanya berbeda, tergantung jam terbang,” ujar Yuwono yang berencana membuka lembaga pelatihan pijat dan tempat pijat tradisional di Brunei dan Hongkong.

Melalui pijat, Yuwono ingin membawa nama Indonesia ke kancah dunia. (Mawar Kusuma)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Januari 2017, di halaman 16 dengan judul "Guru Pijat ”Lulusan” Monas".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com