Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Seorang Ustaz Bangun Pesantren untuk Yatim dan Jompo

Kompas.com - 24/01/2017, 19:46 WIB
Indra Akuntono

Penulis

Pertengahan November 2016, pembangunan dimulai dengan anggaran hanya sekitar Rp 5 juta.

Seorang pendeta yang akrab disapa Pak Jhon lalu datang menyumbang keahlian menggambar denah bangunan.

Ada juga warga lain yang menyumbang mesin pompa air, menyumbang jasa menggali sumur, bambu, kayu, keramik dan genteng bekas, serta lainnya.

Dari sumbangan-sumbangan itu, pembangunan pondok bisa berjalan selangkah demi selangkah.

Kini, pembangunan sudah berlangsung sekitar tiga bulan. Di atas lahan pondok sudah berdiri dua kamar mandi, satu tempat cuci dan satu gudang yang ke depannya berfungsi menjadi dapur.

Tempat mengaji dan kamar juga sudah mulai berbentuk, tetapi atapnya belum tertutup, dindingnya masih setengah.

Ustaz Agus dan santri-santrinya berharap pondok bisa segera digunakan untuk mengaji, syukur-syukur bisa untuk kegiatan Rajaban nanti.


Untuk yatim dan jompo

Sesuai namanya, Pondok Pesantren Darussyifa kelak menjadi tempat mengaji dan tinggal anak-anak yatim piatu serta orangtua jompo.

Tidak ada pungutan biaya untuk siapa saja yang ingin belajar dan tinggal di pondok tersebut.

Saat ini, sekitar 10 santri dewasa dan belasan anak-anak masih mengaji di rumah kontrakan Ustaz Agus yang lokasinya tidak jauh dari pondok, di Perumahan Griya Cileungsi 5, Kacamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor.

Ustaz Agus berprinsip, meski tak mendapat bayaran tetap, yang penting anak-anak mau mengaji dan mendapatkan waktu bermanfaat.

Seringkali, para santri dewasa yang mengaji kitab kuning di malam hari sampai tidur di teras kontrakan Ustaz Agus karena keterbatasan tempat menginap.

"Nanti, kalau sudah jadi, pondok pesantren ini mudah-mudahan jadi obat dari semua penyakit," kata Pak Ali.


Meski pembangunannya mengandalkan sumbangan, Ustaz Agus dan para santrinya tetap bertekad bahwa suatu hari pondok ini mampu berdikari. Kehidupan di pondok saat pembangunannya selesai nanti sudah dipikirkan sejak saat ini.

Ada beberapa teman yang sudah datang ke pondok dan mengajari cara menanam dengan metode hidroponik. Ada juga ide membuat dan menjual kerupuk, beternak hewan, mengoperasikan komputer, mungkin juga belajar menyablon dan hasilnya dibagi untuk operasional pondok.

Warga pondok terbiasa "menikmati" kesulitan. Karena, jika menggunakan rumus matematika, sulit rasanya membayangkan kelanjutan biaya pembangunan dan operasional pondok.

Tapi Ustaz Agus, Pak Ali dan para santri optimistis bahwa pondok akan mandiri karena yakin hidup ini bukan sekadar matematika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com