Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Petani Ambon Taklukkan Puncak Cartensz dan Kinabalu

Kompas.com - 23/01/2017, 06:40 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

Menurut Handoko, ongkos Rp 35 juta dari Ambon menuju Cartensz masih tergolong murah. Normalnya bisa mencapai Rp 55 juta hingga Rp 65 juta per orang. Ini belum termasuk belanja peralatan dan logistik pribadi.

Untunglah operator guide mereka, Bob Sumoked, adalah sahabat mereka yang rela memberikan paket pendakian dengan harga pertemanan, jauh lebih murah dari biasanya.

"Biaya sangat mahal untuk mendaki puncak Cartensz karena biaya hidup di Papua sangatlah mahal. Biaya porter kami Rp 6 juta per orang karena per harinya dibayar Rp 500.000," ujarnya.

Handoko dan kawan-kawannya menggunakan jasa 14 porter, semuanya penduduk asli Papua.

Pengeluaran lainnya untuk transportasi, akomodasi, dan biaya-biaya lain yang sangat mahal di Papua.

Tantangan lainnya tidak kalah seru. Pendaki Cartensz, baik yang melewati jalur Sugapa maupun Ilaga, biasanya dihadang warga setempat yang meminta sejumlah uang untuk bisa terus melanjutkan perjalanan.

Uang palang, sebagaimana istilah mereka, sudah menjadi hal lumrah dalam pendakian puncak Cartesnz. Ini terjadi apabila ingin melewati jalur perkampungan warga.

Selama perjalanan, Handoko dan rekan-rekannya empat kali merogoh kocek untuk membayar uang palang.

Baru saja tiba di bandara Sugapa di Kabupaten Intan Jaya, mereka sudah melepas Rp 3 juta. Demikian pula dalam perjalanan antara Sugapa dan Suaggama, Rp 3 juta melayang untuk uang palang. Sisanya, saat perjalanan balik dari puncak.

Setiba di camp Jambusiga, mereka harus membayar uang palang kepada warga sebesar Rp 500.000 di jalan. Terakhir saat tiba di Bandara Sugapa untuk balik ke Nabire, harus membayar lagi Rp 600.000.

"Mendapat pemintaan untuk bayar uang palang dari warga menjadi tantangan tersendiri buat kami. Dibutuhkan kemampuan negoisasi. Kalau tidak, kita bisa bayar lebih mahal. Mereka biasaya meminta Rp 10 juta, tinggal bagaimana kita melakukan penawaran," ujarnya.

Bagaimana jika tidak mau membayar? Bersiaplah untuk tidak mendapat kesempatan jalan untuk lewat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com