Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Korban Gempa Aceh, dari Saksikan Anak Terjepit hingga Merangkak dalam Reruntuhan

Kompas.com - 08/12/2016, 18:38 WIB

KOMPAS.com - Pagi masih gelap. Jarum jam menunjukkan pukul 05.03 WIB. Lantunan ayat suci Alquran sayup-sayup terdengar dari kejauhan.

Di sebuah kamar rumah toko (ruko) lantai dua, Nisa Karya (27), masih terlelap. Dia tiba-tiba merasakan gemuruh menggetarkan dinding dan lantai kamarnya. Segala yang ada berjatuhan, berantakan. Bumi berguncang hebat.

"Bruuukkk!"

Dalam hitungan detik ruko itu ambruk disusul padamnya arus listrik. Suasana gelap dan pengap. Nisa merasakan, tubuhnya terjerembab di antara puing-puing bangunan.

“Ketika hari sudah pagi dan mulai terang, saya melihat ada cahaya dari luar. Lalu saya merayap sambil mencari sumber cahaya dan berusaha ke luar, sembari minta tolong dari warga yang ada di luar,” ujarnya saat ditemui di Mushala SPBU Ulee Gle, Kecamatan Bandar Dua, Pidie Jaya, Rabu (7/12/2016).

Karyawan SPBU Ulee Gle ini adalah satu di antara banyak korban yang selamat dalam peristiwa gempa bermagnitudo 6,4 yang mengguncang Pidie Jaya, Pidie, Bireuen, dan sebagian wilayah Aceh lainnya.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Warga korban gempa mengungsi sementara di Masjid Jami Al-Istiqamah Rhieng di Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie jaya, Aceh, Kamis, (8/12/2016). Gempa-gempa susulan yang masih terjadi sejak kemarin membuat seluruh warga yang menetap di Kabupaten Pidie Jaya memanfaatkan masjid sebagai tempat tinggal sementara.
Setidaknya, hingga tadi malam, 68 korban dinyatakan tewas, dan lainya masih tertimbun reruntuhan dalam proses evakuasi.

Tak dapat dipungkiri, sebagian besar korban tewas karena tertimpa bangunan. Namun, sebagian korban lainnya selamat setelah berjuang keluar dari puing-puing yang mengimpit tubuh mereka.

Niza adalah sebagian dari para korban yang bernasib lebih baik. Warga Rambong Kecamatan Setia, Aceh Barat Daya (Abdya), ini selamat dari reruntuhan ruko yang ambruk setelah diguncang gempa. Namun, perjuangannya ke luar dari reruntuhan adalah sebuah keajaiban.

Hanya cahaya ponsel yang meneranginya selama empat jam terperangkap dalam puing bangunan sejak pukul 05.03 WIB sampai pukul 09.00 WIB, saat tim evakuasi mulai berdatangan. Nisa menyadari detik-detik saat bangunan ruko roboh. Ia menangis dan berteriak minta tolong.

“Alhamdulillah, saya selamat dan berhasil menyelamatkan handphone dan beberapa pakaian,” katanya dengan nada terbata-bata saat ditemui.

Nisa berhasil ke luar dari reruntuhan, namun tidak ikut dievakuasi ambulans. Ia lebih memilih istirahat di Mushala SPBU Ulee Gle. Baru sekitar pukul 14.00 WIB ia mendapat pertolongan medis, karena kaki kiri dan bahunya luka lecet.

Tak hanya Nisa Karya, korban selamat setelah terjebak dalam puing bangunan juga dirasakan Nurdin (35), warga Masjid Trienggadeng, Pidie Jaya.

Lelaki ini mengalami patah tulang belakang karena tertimpa beton rumah saat menyelamatkan istri dan bayi laki-laki bernama Ali (4 bulan). Ia bahkan sempat melihat Umar (2,5), anaknya yang lain terimpit reruntuhan.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Aparat TNI/Polri bersama tim Basarnas mencari korban yang tertimbun bangunan pasar Meureudu yang roboh akibat bencana gempa di Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie jaya, Aceh, Kamis, (8/12/2016). Lebih dari seratus orang tewas dan ratusan lainnya luka berat dan ringan. Selain itu 86 unit rumah, 105 ruko, 13 unit masjid rusak berat akibat gempa yang terjadi pada Rabu, pukul 05.03 WIB ini.
“Tak berdaya saya bangun dan saya selamatkan bayi dan istri saya, tapi secepat itu anak saya Umar tertimpa runtuhan. Hingga saya mendapat kabar ia (Umar) sudah meninggal. Wajahnya berdarah,” kisah Nurdin dengan linangan air mata.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com