Saat ditemui di RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli kemarin, Nurdin terlihat masih lemah dengan tangan diinfus. Ia tengah menunggu dirontgen dan operasi.
Sedangkan istrinya, Sarmela (34) mengalami luka robek dan lecet memilih pulang ke Trienggadeng untuk menguburkan anaknya Umar.
Menurut penuturan Nurdin, saat gempa terjadi ia terbangun dan merasakan hentakan bangunan dahsyat. Anaknya, Umar tidur di kasus bawah dekat ranjang. Seketika itu, dinding beton rumahnya bergoncang hebat. Ia bergegas mengangkat bayi dan menahan runtuhan.
Dalam kondisi serbapanik itu, Nurdin tak melihat Umar tertimpa reruntuhan. Sementara pinggang dan tangannya juga tertimpa beton saat menyelamatkan bayinya. Ia tak kuasa bangkit mengendong Umar.
“Saya sedih tidak bisa melihat pemakaman anak saya,” ujarnya tersedu seraya menahan sakit.
Cerita tak kalah mirisnya juga dialami Aliya (10), bocah Ulee Gle, Pijay. Ia selamat setelah berhasil ke luar dari reruntuhan ruko yang roboh dengan cara merangkak.
“Aliya terjebak dalam ruko. Ia berhasil ke luar dengan merangkak dari reruntuhan. Sekarang ia trauma dan luka-luka,” kata Raudatul Jannah, saudara Aliya kepada Kompas.com.
“Dia hanya bisa bilang kalau ayah ibunya ada di dalam ruko masih terjebak, dia dalam kondisi trauma berat,” tambahnya.
Raudatul mengatakan, bangunan ruko miliknya tersebut hancur akibat gempa. Di ruko tersebut tinggal bibinya bernama Mariani dan suaminya, Ibrahim, bersama anak mereka, Aliya.
Berita ini telah tayang di Serambi Indonesia, Kamis (8/12/2016), dengan judul: Berjuang Hidup dari Reruntuhan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.