Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tri, Pengusaha Muda yang Meraup Untung dari Wisata dan Kopi

Kompas.com - 02/12/2016, 09:20 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

Setelah berkembang, Tri lalu membuat bisnis baru. Saat pulang kampung halaman di Takengon, Aceh, dia mendapati kopi di sekitarnya dijual murah. Padahal, kopi Gayo dikenal sebagai kopi dengan cita rasa tinggi.

Dia pun memutar otak agar kopi di wilayahnya bisa dikenalkan, serta dijual dengan harga tinggi. Sejumlah riset dilakukan serta berdiskusi dengan para komunitas kopi hingga akhinya menemukan satu formula, yaitu kopi luwak gayo. Kopi luwak lalu di-branding ke dalam lini bisnis bernama "Toren Coffe".

“Orang Takengon jual kopi murah, lalu saya buat brand baru, lalu cari kopi Luwak. Saya riset, orang kelas mewah biasanya suka kopi luwak. Saya coba dan ternyata berhasil,” ujar Tri.

Toren Coffe hasil branding-nya pun menuai untung berlipat di pasar. Setiap 1.000 gram kopi diberi harga promo Rp 1,7 juta. Padahal harga standar 1.000 gram sekitar Rp 2,5 juta. Setiap bulan, dia bisa menghasilkan sekitar 20-30 kilogram kopi luwak Gayo.

“Pasar saya kirim ke Amerika, ada juga Rusia. Orang Amerika suka kopi sejenis ini,” tambah Tri.

Dia pun mendorong anak muda saat ini untuk pintar memilih yang ada, serta lihai berkomunikasi sebagai modal usaha.

Dunia luar, kata dia, suka pada hal yang alami. Kopi luwaknya juga tidak menggunakan peralatan modern. Biji kopi dikeringkan melalui matahari.

“Yang modern kemasannya saja. Lalu saya jual dalam bentuk gram, dapat profit lumayan. Lini bisnis menyasar kalangan menengah atas,” imbuhnya.

Tri pun masih ingin membangun bisnis barunya di bidang wisata. Lantaran wisata saat ini menjadi prospek baru, ia berusaha mendirikan cottage di Sabang, Aceh.

Consumer Banking Head Bank Mandiri Region Jateng dan DIY Rudi As Atturidha mengatakan, prospek wirausaha muda bisa diasah. Pihaknya mencari usahawan mana saja yang inovatif serta peduli pada lingkungan sekitar. Setelah itu, perbankan akan memfasilitasi pengembangan bisnisnya.

“Kenapa gojek baru tenar satu dua tahun ini, karena ada penyandang dana yang membiayai," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com