Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tri, Pengusaha Muda yang Meraup Untung dari Wisata dan Kopi

Kompas.com - 02/12/2016, 09:20 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Menjadi wirausaha muda tentu butuh kecerdasan untuk memanfaatkan peluang. Selain harus pintar, wirausaha muda juga dituntut kreatif membaca pasar.

Demikian tips dari wirausaha muda yang juga CEO Gajah Keeng Group, Tri Wahyudi.

Alumnus jurusan Planologi Universitas Diponegoro, Semarang, itu menjadi pengusaha berkat kejelian memanfaatkan potensi yang ada.

Tri, begitu sapaannya, mengawali bisnisnya dengan membuat usaha transportasi tour and travel melalui nama Khatulistiwa.

Di bidang yang sama, kata dia, sudah ada puluhan bisnis yang sama di wilayah Tembalang. Oleh karena itu, dia harus putar otak agar bisnisnya tetap jalan.

Dia lalu memanfaatkan hobinya naik gunung sebagai basis utama. Bisnis transportasinya menyasar wisatawan yang hendak berwisata.

“Bisnis saya mulai tahun 2009. Jadi, saya buat bisnis berdasar hobi yang dibayar,” kata Tri, berbagi cerita, Jumat (2/12/2016).

Dengan modal ulet, usaha pria kelahiran Aceh itu berkembang saat menekuni bidang online. Usaha bidang transportasinya bisa diakses melalui online, bahkan pemesanan tiket bisa melalui online.

Pola dasar bisnisnya pun diubah, dari semula usaha manual menadi berbasis tiket online. Ia lalu memfokuskan usaha tur melayani limpahan wisatawan dari luar Pulau Jawa untuk berwisata di sejumlah objek wisata.

Tri pun unggul selangkah dibanding usaha travel di kawasan Tembalang yang jumlahnya sekitar 20 usaha. Kerja kreatif melihat pasar diwujudkan ke lini bisnis usaha. Padahal usahanya dimulai ketika dia masih kuliah semester III.

“Selama ini wisatawan dari luar jawa kalau piknik bisa sampai 10 hari, bahkan 21 hari, itu lama banget. Jasa transportasi biasanya tour travel, padahal ini kan wisata. Sejak itu, kami kreatif melihat sisi lain,” ujar Tri.

“Kita tidak mencari untung dari tiket, tapi mencari partner usaha yang bisa dikerjasamakan secara jangka panjang,” imbuh dia lagi.

Kegigihan usahanya lalu tercium dunia usaha dan difasilitasi Bank Mandiri. Dia diberi fasilitas pengembangan sumber bisnis, hingga trik membuat bisnis menjadi kreatif.

"Kalau kita kreatif, rezeki pasti tertutup," kata dia.

Toren Coffe

Setelah berkembang, Tri lalu membuat bisnis baru. Saat pulang kampung halaman di Takengon, Aceh, dia mendapati kopi di sekitarnya dijual murah. Padahal, kopi Gayo dikenal sebagai kopi dengan cita rasa tinggi.

Dia pun memutar otak agar kopi di wilayahnya bisa dikenalkan, serta dijual dengan harga tinggi. Sejumlah riset dilakukan serta berdiskusi dengan para komunitas kopi hingga akhinya menemukan satu formula, yaitu kopi luwak gayo. Kopi luwak lalu di-branding ke dalam lini bisnis bernama "Toren Coffe".

“Orang Takengon jual kopi murah, lalu saya buat brand baru, lalu cari kopi Luwak. Saya riset, orang kelas mewah biasanya suka kopi luwak. Saya coba dan ternyata berhasil,” ujar Tri.

Toren Coffe hasil branding-nya pun menuai untung berlipat di pasar. Setiap 1.000 gram kopi diberi harga promo Rp 1,7 juta. Padahal harga standar 1.000 gram sekitar Rp 2,5 juta. Setiap bulan, dia bisa menghasilkan sekitar 20-30 kilogram kopi luwak Gayo.

“Pasar saya kirim ke Amerika, ada juga Rusia. Orang Amerika suka kopi sejenis ini,” tambah Tri.

Dia pun mendorong anak muda saat ini untuk pintar memilih yang ada, serta lihai berkomunikasi sebagai modal usaha.

Dunia luar, kata dia, suka pada hal yang alami. Kopi luwaknya juga tidak menggunakan peralatan modern. Biji kopi dikeringkan melalui matahari.

“Yang modern kemasannya saja. Lalu saya jual dalam bentuk gram, dapat profit lumayan. Lini bisnis menyasar kalangan menengah atas,” imbuhnya.

Tri pun masih ingin membangun bisnis barunya di bidang wisata. Lantaran wisata saat ini menjadi prospek baru, ia berusaha mendirikan cottage di Sabang, Aceh.

Consumer Banking Head Bank Mandiri Region Jateng dan DIY Rudi As Atturidha mengatakan, prospek wirausaha muda bisa diasah. Pihaknya mencari usahawan mana saja yang inovatif serta peduli pada lingkungan sekitar. Setelah itu, perbankan akan memfasilitasi pengembangan bisnisnya.

“Kenapa gojek baru tenar satu dua tahun ini, karena ada penyandang dana yang membiayai," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com