Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ketabahan Anak TKW yang Menuai Simpati Banyak Orang

Kompas.com - 02/11/2016, 07:00 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

Tak hanya itu, sosok Miftah banyak memberikan semangat bagi Pujo setelah istrinya Samini Indrawati delapan tahun tanpa kabar pergi merantau menjadi TKW di Malaysia.

"Sejak berangkat delapan tahun tepatnya tahun 2008, istri saya tidak memberikan kabar dan kiriman apa pun kepada kami," kata Pujo kepada Kompas.com di kediaman saudaranya, Selasa ( 1/11/2016) sore.

Istrinya baru menelepon tiga hari setelah Miftah dikuburkan. Tak banyak omongan yang dilontarkan Samini saat menelepon suaminya, Pujo.

"Dia hanya menanyakan kabar anak-anaknya, lalu menangis. Katanya nanti akan pulang ke Ponorogo setelah 40 hari meninggalnya Miftah," ujar Pujo.

Sebelum Miftah meninggal, Pujo tak memiliki firasat atau mimpi buruk tentang anak perempuannya itu. Hanya, beberapa hari sebelumnya, saat mencuci pakaian Miftah, dia menemukan secarik kertas yang dilipat.

"Setelah saya buka, ternyata tulisan curahan hati Miftah yang merindukan kasih sayang seorang ibu. Sebagai seorang anak yang memiliki orangtua, Miftah juga menginginkan kasih sayang ibu yang dirasakan oleh teman-teman sekolahnya. Kondisi itu sangat dirasakan anak saya lantaran Miftah mulai ditinggal ibunya bekerja ke Malaysia dalam usia lima tahun," kata Pujo.

Selama delapan tahun ditinggalkan ibunya bekerja di Malaysia, Miftah tidak pernah mendapatkan kiriman apa pun, baik dalam bentuk uang maupun barang.

Saat Lebaran tiba, ibunya juga tidak menyampaikan selamat dan permohonan maaf.

"Saya kalau ingat Miftah sangat kasihan. Beberapa hari sebelum meninggal, dia kerap melamun dan seperti berpikir keras. Miftah juga sering menanyakan kapan ibunya pulang karena ia sangat kangen ibunya," kata Pujo.

Sebagai seorang ayah, kata Pujo, kasih sayangnya tentu akan berbeda dibandingkan dengan yang diberikan ibu kepada anaknya.

Untuk itulah, agar kasih sayangnya bisa mengganti ibunya, dia selalu mengajak kedua anaknya ke mana saja saat mendapatkan order pijat badan pelanggannya.

Ia pun merasa bersyukur meski Miftah yang berlatar belakang keluarga miskin, tetapi teman-temannya banyak. Pasalnya, saat bergaul dengan teman-temannya, dia tidak pernah membedakan-bedakan teman. Semua teman diperlakukan sama.

"Anak saya juga sebenarnya pintar, tetapi karena sering mengantar saya ke pelanggan pijat badan, dia menjadi kurang belajarnya," kata Pujo.

Kendati mendapatkan berlimpah bantuan, Pujo tak lupa menyisihkannya untuk sedekah. Bahkan, sedekah itu salah satunya ditujukan di tempat mengaji saat Miftah masih tinggal di Madiun.

"Saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah peduli dengan Miftah dan keluarga saya. Saya yakin Tuhan akan membalas kepada semua pihak yang sudah membantu kami," kata Pujo.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com