Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Nelayan Tanjung Batu Mengimpikan Emas...

Kompas.com - 23/09/2016, 05:40 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

Kemenangan itu melecutnya untuk makin berprestasi di kancah berikutnya. Ia sempat pula turun di Pra PON 2015 di Jawa Barat. Sayang, Ikwan tak lolos. Dari keberhasilan sebelumnya, Ikwan mengumpulkan bonus yang menjanjikan.

"Rasanya lebih besar dari penghasilan orang tua. Saya dapat Rp 10 juta dari dua kejuaraan itu," kata Ikwan.

Dia bertekad untuk terus mendalami dunia perahu layar hingga menembus kancah pertandingan yang lebih tinggi. Pasalnya, dia melihat seniornya, Rizky Ramadhani, bisa menyabet bonus Rp 100 juta dari emas yang pernah dikoleksinya dari SEA Games 2013 di Myanmar.

"Pokoknya mau latihan terus," kata Ikwan.

Tak heran, Ikwan menjadi salah satu dari bocah-bocah yang paling awal tiba di gudang penumpukan perahu layar di dermaga Tanjung Batu. Dia sudah nongol pada pukul 14.00 WIB, meski latihan baru dimulai pukul 15.00 WIB.

Serupa Ikwan, rekannya yang bernama Muhamad Razwan (13), pelajar kelas 7 dari SMP 06 Tanjung Batu, bermimpi menyabet gelar juara di layar dan menerima bonus suatu saat nanti.

Meski bertubuh mungil, Razwan bahkan sudah membuktikan pernah memetik medali emas di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2015.

"Dapat Rp 4 juta. Uangnya langsung kukasih mamakku," kata Razwan.

Dia mengatakan, ingin menunjukkan bagaimana kepiawaiannya di layar bisa membanggakan kedua orangtua, terlebih sang ayah.

Di tingkat cukup mahir, Razwan berharap bisa membuat sang ayah tergugah bahwa dia bisa memetik prestasi meski dari anak nelayan.

Sayang, sang ayah yang diharapkan menonton malah tak pernah muncul saat latihan, apalagi bertanding. Bahkan ketika bertanding di kampung sendiri.

"Dia tidak pernah lihat saya latihan. Inginnya dilihat bapak," katanya.

Razwan mengaku tak mengerti alasan ayahnya tak pernah menonton.

"Mungkin sibuk melaut. Mungkin dia ingin saya jadi seperti dia," katanya.

Dia mengingat bagaimana di hari libur di masa belum mengenal olahraga layar, Razwan harus menemani sang ayah melaut, menangkap ikan dengan pancing dan bagan. Ia pergi semalam dan pulang bawa ikan.

Telanjur tertarik, Razwan nekad ikut bergabung. Menyadari teman sepermainannya senang-senang dengan perahu dan layar, dia memberanikan diri pergi.

"Minta izin ke bapak. Bilangnya hanya: tanya mamakmu saja," kata Razwan mengenang izin sang ayah.

Mengejar mimpi

Puluhan anak punya mimpi seperti Ikwan dan Razwan. Saban hari, tiap sepulang sekolah, mereka segera berkumpul di anjungan pelabuhan Tanjung Batu, tempat dimana perahu-perahu layar kelas optimis ditumpuk dan digudangkan.

Mereka yang tiba lebih dulu punya kesempatan melakoni latihan paling awal. Gudang itu berisi 12-an perahu untuk nomor optimis dan beberapa perahu nomor Internasional 420.

Mereka yang hadir pertama punya kesempatan menyiapkan kapal yang akan dikemudinya, memasang tiang layar, membentangkan layar, dan mengikat simpul tali di sana sini. Rasanya seperti bermain sendiri di atas kapal.

Bagaimana tidak, layar itu jadi kendali sekaligus kemudi. Terasa benar-benar nyata ketimbang hanya menonton.

"Sangat menyenangkan," kata Ariska Oktavia Ramadani, 12 tahun, kelas 1 SMP 6 Tanjung Batu.

Rizka mengaku baru pulang sekolah siang itu. Setelah belajar mengaji sebentar, Riska buru-buru mengayuh sepeda ke dermaga Tanjung Batu sebelum pukul 14.00. Ia langsung memilih perahu dan layar berwarna putih, memasang tiangnya, layarnya, dan mengikat simpul tali.

"Semakin cepat datang bisa makin lama latihan, karena satu race bisa 20 menit. Kalau datang sore malah tidak kebagian," kata Riska.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com