Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Calon Haji via Filipina, Takut Dipalak hingga Beli Celana dari Anggota Abu Sayyaf

Kompas.com - 08/09/2016, 19:10 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

BANTUL,KOMPAS.com - "Saya banyak menuai pelajaran, salah satunya belajar sabar."

Itulah yang diungkapkan Aziz Hidayat (56) dan istrinya Titik Suyekti (52) saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kamis (8/9/2016), Jalan Imogiri Barat, Dusun Sudimoro, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.

Pasangan suami istri ini beberapa hari lalu baru saja pulang ke Tanah Air setelah gagal menunaikan ibadah haji karena terganjal paspor Filipina. Bahkan keduanya bersama ratusan orang lainnya sempat ditahan oleh otoritas negara Filipina.

Aziz dan Titik tidak pernah membayangkan niatnya untuk menunaikan ibadah haji justru berujung pada jeruji besi. Pasangan suami istri ini berserta 108 orang lainnya harus mendekam di penjara Filipina selama tujuh hari.

Aziz menuturkan, seusai menjalani pemeriksaan di Imigrasi selama satu hari penuh, ia dan rombongan lantas dibawa ke penjara Filipina. Saat di penjara itu, ia dan istrinya harus berpisah.

"Pisah, tapi alhamdulilah istri saya bersama perempuan lainya di blok berbeda ada AC-nya. Saya dipenjara bersama narapidana," ujarnya.

Ketika masuk ke dalam penjara, Aziz mengaku sangat syok. Sebab, lantainya beton dan kamar mandinya hanya dinding setengah badan. Kondisi itu belum pernah ia alami selama hidupnya.

Selama satu hari, rombongan yang masuk penjara harus menahan lapar karena tidak mendapatkan makanan dan minum.

"Tas kita kan sudah terbang. Ya puasa satu hari, sebenarnya beri roti sama yang di situ (narapidana), tapi kita tidak berani menerima, takut dipalak," ujarnya.

Satu hari tidak mendapatkan makanan, Aziz lantas berkenalan dengan salah satu narapidana satu blok yang ternyata anggota Abu Sayyaf. Lewat anggota Abu Sayyaf ini, Aziz membeli mi dan minum sebelum bantuan dari KBRI datang.

Aziz juga sempat membeli celana dari anggota Abu Sayyaf yang ada di bloknya karena kebetulan di saku celana masih ada uang. Sebab, celananya sudah kotor dan butuh yang tebal agar saat tidur tidak kedinginan.

"Saya minta tolong dicarikan celana ukuran sekian, lalu dikasih celana doreng. Saya beli minta 150 peso atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 300.000," kata Aziz.

Selama dalam penahanan, lanjutnya, KBRI terus berkoordinasi dengan pihak Filipina. KBRI juga lalu menyediakan makanan dan minuman. Hingga akhirnya setelah menjalani penahanan selama tujuh hari, mereka dibebaskan dan dibawa ke KBRI di Filipina. Setelah itu mereka diterbangkan pulang ke Indonesia.

Selama menjalani tahanan selama tujuh hari, Aziz banyak menuai pelajaran, bagaimana belajar sabar, saling membantu, dan menguatkan satu sama lain. "Belajar sabar itu pasti. Kami korban, dan satu nasib, satu bangsa itu yang membuat bertahan menghadapi musibah," paparnya.

Satu-satunya harapan saat dalam masa penahanan di Filipina adalah bisa bebas, kembali ke Tanah Air dan bertemu dengan anak-anak mereka.

"Yang penting saat ini kami sudah kembali dan bertemu anak-anak," urainya.

Ia berharap kejadian yang menimpanya dan rombongan tidak terulang kembali. Ia meminta pemerintah dapat berkomunikasi dengan warga agar tidak tertipu biro perjalanan dengan menjanjikan lebih cepat berangkat.

"Ke depan, kita tetap ingin naik haji, semoga diprioritaskan karena kami ini korban," ucapnya.

Bayar Rp 200 juta

Aziz menceritakan, awalnya pada tahun 2014 ia memesan kursi haji plus melalui biro perjalanan di Palembang. Biro ini merupakan langganan dari kerabatnya.

"Sudah beberapa kali memberangkatkan umroh dan lancar. Jadi langganan dan cukup bonafid di Palembang," ujar Aziz.

Saat memesan kursi tersebut, Aziz membayar tunai serta  memberikan uang lebih. Total, Aziz membayar ke biro tersebut sebesar Rp 200 juta.

"Katanya berangkat Agustus 2016, tetapi melalui Filipina. Saya sudah curiga saat itu dan sempat akan membatalkan serta minta uang dikembalikan," ucapnya.

Kepada Aziz dan istrinya, biro menjelaskan keberangkatan mereka menggunakan sisa kuota haji dari Filipina. Mendengar keterangan itu, meski masih ada yang mengganjal, akhirnya Aziz dan istrinya memutuskan berangkat.

Sebelum berangkat, perasaan ganjil dan gelisah pun masih dirasakan pasangan suami istri ini. Namun kerabatnya meminta untuk tenang dan berdoa agar tidak ada masalah. "Saya hanya bisa bilang bismilah dan berangkat," ucapnya.

Pada 17 Agustus 2016 Aziz dan istrinya tiba di Bandara International Soekarno Hatta bertemu dengan ratusan jamaah haji lainya. Dari Jakarta, rombongan lantas terbang ke Filipina. Sesampainya di Filipina rombongan diminta untuk istirahat sebelum keberangkatan ke Arab Saudi. Usai istirahat, paspor dari Indonesia diambil oleh biro, dan diganti paspor Filipina.

Saat berbaris untuk pengecekan imigrasi sebelum ke pesawat. Ketika diperiksa tersebut, petugas curiga dengan salah satu orang dirombongan yang tidak bisa bahasa Tagalog. Termasuk tidak mengetahui alamat yang tertera di paspor.

Petugas Imigrasi lalu memutuskan untuk tidak memberangkatkan dan menahan rombongan untuk pemeriksaan.

Berkat koordinasi KBRI di Filipina rombongan dibawa ke tempat aman dan akhirnya dapat dipulangkan ke Indonesia. Meski pun ada 9 orang yang masih di Filipina untuk menjadi saksi.

"9 orang yang di Filipina itu mau tanda tangan saksi agar kita bisa pulang. Bagi kita mereka adalah pahlawan," ucapnya.

Kompas TV Jemaah Calon Haji Berpaspor Filipina Akhirnya Pulang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com