Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil Imbau Produsen Tarik Makanan "Bikini" dari Pasaran

Kompas.com - 05/08/2016, 11:39 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meminta agar produsen camilan Bihun Kekinian (Bikini) segera menarik produk tersebut dari pasaran.

Ridwan menilai, makanan ringan itu memuat konten pornografi dan meresahkan masyarakat. Terlebih lagi, menurut keterangan yang tercantum di kemasannya, makanan tersebut diproduksi di wilayah Bandung.

"Imbauan dari saya sebaiknya produknya ditarik karena sudah meresahkan masyarakat," ucap Emil, sapaan akrabnya, di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Jumat (5/8/2016).

Emil mengaku memerintahkan Dinas KUKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung untuk menelusuri lokasi pabrik pembuatan makanan ringan yang mempunyai tagline "Remas aku" tersebut.

"Saya sudah perintahkan Dinas Perdagangan karena di labelnya mengaku produksi Bandung kan, tapi enggak ada alamatnya gitu. Jadi per hari ini tim UKM Indag sedang melakukan penelusuran, nanti dikabari kalau ternyata betul dari Kota Bandung," ungkapnya.

Beredarnya makanan "Bikini" itu menjadi perbincangan masyarakat. Produk itu hanya dijual secara online dan telah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Makanan ringan itu dijual pada kisaran harga Rp 15.000-Rp 20.000.

Dinas KUKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung telah mengambil langkah cepat untuk mencari tahu produsen camilan berkonten pornografi, Bihun Kekinian (Bikini).

Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan KUKM Kota Bandung Hani Nurrosjani mengaku mendapat instruksi langsung dari Atalia Praratya, istri Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

"Tadi pagi sekali Ibu Wali Kota mengirimkan gambar (snack Bikini) ini sungguh meresahkan. Saya sudah minta teman-teman mencari informasi di mana yang bikinnya," ucap Ani saat ditemui di Jalan Binong Jati, Kamis (4/8/2016).

Dalam kemasannya, camilan bergambar tubuh wanita seksi itu diproduksi di Bandung. Namun, hingga kini dia belum mengetahui lokasi pasti pembuatan makanan ringan itu.

"Saya belum mengetahui tempatnya. Bisa saja nulis Bandung, tapi apakah Kota Bandung, Kabupaten atau Kota Cimahi. Kalau (produksinya) di Kota Bandung, kita akan mendatangi dan berbicara kenapa membuat kemasan sedemikian rupa," tuturnya.

Kelewatan

Emil menyayangkan, kreativitas produk camilan tersebut bertentangan dengan aturan lantaran memuat konten pronografi.

"Kalau kreatifnya orang Bandung kan memang kreatif. Tapi kreatif itu kan ada etika, mau kreatif yang mengejek, ada kreatif yang menodai, kreatif yang mem-bully, kreatif yang berlebihan, ada sisi buruknya," ucap Emil.

Menurut dia, kemasan produk tersebut bisa berdampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak-anak.

"Produk itu memberi persepsi buruk kepada anak-anak dengan sesuatu yang sebenarnya tidak baik untuk dipersepsikan di level anak yang masih kecil," tuturnya.

"Nah, ini contoh sisi buruknya, tidak diantisipasi dampak psikologis terhadap pola pendidikan untuk anak-anak," tambah Emil.

"Jadi sedang ditelusuri, nanti dikabari kalau sudah ditemukan lokasinya di mana. Per menit ini saya belum ada laporan. Ini adalah kreatif yang meresahkan," tambahnya kemudian.

 

 

(Baca juga: Logo Halal Dipalsukan, MUI Undang Produsen Makanan "Bikini")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com