Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panggilan Hati Richard Trudgen untuk Orang-orang Aborigin

Kompas.com - 31/07/2016, 19:57 WIB
Caroline Damanik

Penulis

“Kami membayar orang mengajarkan tentang menulis laporan dengan komputer, lalu mengajar mereka untuk menyusun pembukuan di Darwin, tetapi tidak berlanjut. Para pengajarnya menganggap orang-orang ini primitif,” tuturnya.

Literasi

Persoalan ini menjadi pergumulan Richard bertahun-tahun. Melalui Aboriginal Resource Development Services (ARDS), Richard berupaya menjembatani suku Yolngu dan "Balanda" agar kehidupan lima komunitas besar Yolngu dan 90 permukiman warga yang tersebar di Arnhem Land bisa terangkat secara ekonomi, budaya, kesehatan dan pendidikan.

“Untuk menemukan persoalan utamanya, kita harus berjalan bersama dengan mereka, dan mengenal kehidupan mereka. Tentu saja ini sulit bagi seseorang dari latar belakang budaya yang berbeda. Namun, dengan mendengar langsung cerita dari orang Yolngu dan sejumlah kasus bagaimana mereka menentang budaya "Balanda",” ungkap Richard.

Menurut Richard, persoalan utama dari ketertinggalan suku Yolngu adalah minimnya akses informasi yang diterima suku Yolngu. Penyebabnya adalah bahasa.

Tidak banyak pelatihan bahasa Inggris yang digelar untuk penduduk Yolngu. Akibatnya, seberharga apa pun informasi yang disebar tidak bisa memperkaya wawasan penduduk Yolngu.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Richard Ian Trudgen, pendiri dan pimpinan Aboriginal Resource Development Services (ARDS), memberdayakan suku Yolngu, penduduk Aborigin di Arnhem Land, Northern Territory, Australia, melalui siaran radio yang diudarakan secara swadaya dari rumahnya di Nhulunbuy, Semenanjung Gove. Richard juga menulis buku tentang penduduk asli Australia ini yang diberi judul "Why Warriors Lie Down and Die".
“Padahal, informasi harus disampaikan dalam bahasa penduduk lokal, bukan bahasa Inggris. mereka tidak memahaminya,” ujarnya kemudian.

Salah satu informasi yang juga sangat minim diterima oleh suku Yolngu adalah syarat dan petunjuk untuk mulai berbisnis. Menurut Richard, sudah syaratnya sulit, tidak pernah ada pendekatan yang tepat untuk mendorong mereka membuka usaha.

“Karena di Australia, untuk berbisnis membutuhkan persyaratan yang tidak mudah, harus lapor sercara rutin, bayar pajak yang tinggi. Untuk memulai bisnis baru benar-benar rumit,” tambahnya.

Karena ketimpangan ini, Richard menempuh sejumlah cara untuk mengatasi masalah literasi informasi yang dihadapi oleh suku Yolngu.

Richard bertahun-tahun menggelar seminar untuk para "Balanda" yang bertugas dalam pelayanan publik di Nhulunbuy, Semenanjung Gove, pusat pelayanan publik, agar mereka bisa melayani suku Yolngu secara kontekstual.  

Pelatihan juga diberikan kepada warga Yolngu, misalnya pelatihan cara menggunakan komputer dan internet lalu mengajarkan mereka istilah ekonomi ala Barat agar melek. Salah satu orang Yolngu yang didampingi adalah Gayili Marika Yunupinu, seorang pelukis dari klan Gumatj.

Dia juga membuat Yolngu Radio pada tahun 2003. Ada 20 pemancar yang tersebar di seluruh Arnhem Land dan juga terdengar hingga Darwin. Menurut Richard,  ada sekitar 8.000 suku Yolngu yang bisa mendengarnya. Lalu pada tahun 2000, dia menulis buku berjudul “Why Warriors Lie Down and Die”.

“Kami juga sedang merencanakan Yolngu School Online agar makin banyak orang Yolngu yang bisa terjangkau,” ungkapnya.

Panggilan

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com