Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret SD di Depapre, Satu Ruangan Disekat untuk 3 Kelas, Guru Menginap di Perpustakaan

Kompas.com - 23/06/2016, 08:45 WIB
Fabio Maria Lopes Costa

Penulis

DEPAPRE, KOMPAS.com - Kondisi sejumlah sekolah dasar di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua, masih memprihatinkan hingga kini. Aktivitas kegiatan belajar mengajar bagi para siswa terkendala minimnya sarana infrastruktur.

Masalah tersebut tercermin dari kondisi fisik dua sekolah dasar di Depapre yang merupakan ujung utara Kabupaten Jayapura, yakni SD Yayasan Pendidikan Kristen Amai dan Sekolah Yayasan Pendidikan Kristen Yepase, Rabu (22/6) kemarin.

Depapre berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Jayapura dan ditempuh mengunakan kendaraan roda empat selama dua jam. Kondisi jalan ke Depapre rusak parah.

Dalam kegiatan kunjungan ke dua sekolah itu, turut hadir Kepala Bidang Sosial dan Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jayapura Jefry Koloay, Anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jayapura Hulde Tunya dan Senior Media USAID-Program Kinerja Papua Firmansyah.

Di SD Amai, mereka menemukan satu ruangan yang disekat menggunakan dua lemari sehingga digunakan sebagai tempat belajar bagi kelas I, kelas II, dan kelas III.

Tidak tersedia meja dan bangku di bagi para siswa di kelas I dan kelas II itu. Namun, mereka tetap mengikuti kegiatan belajar sambil duduk di lantai dengan serius.

“Kami hanya mampu menyediakan meja dan bangku sekolah untuk anak-anak yang duduk di bangku kelas IV, kelas V, dan kelas VI,” kata Kepala Sekolah SD YPK Amai Elisabeth Sorontau.

Selain minimnya sarana infrastruktur, delapan guru juga yang mengajar di SD YPK Amai tak memiliki rumah dinas. Elisabeth dan salah satu guru bernama Oktavia Owa terpaksa menginap di ruang perpustakaan dengan menggunakan kasus seadanya.

“Bagi kami, tak adanya rumah dinas bukanlah kendala untuk mengajar 74 siswa di SD YPK Amai. Sebab, banyak siswa yang telah duduk di kelas IV belum bisa membaca dengan baik,” ungkap Elisabeth.

Yulina Serondanya, salah seorang siswa SD YPK Amai yang berusia delapan tahun itu mengaku ingin meraih cita-cita sebagai seorang perawat demi membantu banyak orang di kampungnya.

Steven Apaseray selaku Ketua Komite SD YPK Amai, mengatakan, pihaknya telah menggelar pertemuan secara rutin dengan para guru untuk membahasa masalah ini.

“Berkat bimbingan USAID Kinerja selama beberapa bulan ini, kami menyadari betapa pentingnya usaha advokasi dari Komite Sekolah. Buktinya, kami telah berhasil menyelesaikan masalah pembebasan lahan untuk gedung sekolah. Namun, masalah ruang kelas dan rumah dinas yang belum ditangani oleh Pemda hingga kini,” tutur Steven.

Sementara itu, dalam kunjungan ke SD YPK Yepase, tidak ditemukan fasilitas kamar mandi di sekolah itu. Sebanyak 54 siswa terpaksa harus berjalan kaki ke rumahnya yang berjarak cukup jauh dari sekolah ketika ingin buang air.

Para guru juga tak memiliki rumah dinas yang memadai. Bahkan Kepala Sekolah SD YPK Yepase Maria Kopou juga menginap di ruangan perpustakan yang penuh sesak dengan buku-buku.

Lulus 100 persen

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com