Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motor Tuanya Laku Rp 36 Juta, Pensiunan Guru Ini Sumbangkan Hasilnya

Kompas.com - 06/06/2016, 15:06 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

"Mereka itu alumni yang membuka usaha, jadi bertemu untuk seperti sharing bisnis. Nah, saya diajak, sekaligus menerima uang hasil lelang," ujarnya.

Uang hasil itu pun tak lantas dipakainya sendiri. Dia hanya mengambil secukupnya untuk kebutuhan hidupnya. Sejak awal, bapak satu anak ini telah berniat menyumbangkan sebagian uang hasil lelang sepeda motornya untuk membantu sesama.

"Membantu sesama yang membutuhkan itu harus karena saya sering dibantu. Kalau uang sebanyak buat saya semua, mau untuk apa? Saya sudah tua, akan lebih berguna bagi yang membutuhkan," tuturnya.

Tak tanggung-tanggung, Hardjosudiro mengambil uang hasil lelang sebesar Rp 20 juta untuk membantu Yayasan yang mengurusi anak-anak difabel, Bakti Luhur, yang berada di Malang dan Yogyakarta.

"Uang Rp 20 juta itu saya bagi dua. Sisanya saya ingin bikin sumur bor, soalnya sumur yang di dalam rumah tidak bisa lagi," bebernya.

Hardjo mengatakan, niat untuk membantu itu pun diceritakan kepada mantan murid-muridnya, dan mereka semua mendukung langkah tersebut.

 

KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Hardjosudiro Mantan Guru SMA Kolose John De Britto saat menunjukan foto-foto ketika ia masih aktif menari tari klasik dan Wayang Uwong. Bahkan Hardjosudiro pernah menari di negara Belanda.
Penari

Hardjo ternyata seorang penari juga. Bahkan, kakek dua cucu ini pernah menari hingga ke Belanda.

"Saya belajar menari sejak usia 15 tahun. Saya memang suka menari," ujar Hardjo sambil menurunkan foto-foto ketika ia masih aktif menari.

Selama menjadi penari, khususnya wayang uwong (wayang orang), dia sering memerankan tokoh-tokoh sentral sesuai dengan cerita yang dibawakan. Ia sering memerankan tokoh Gatotkaca sampai dengan tokoh Hanoman.

"Kelompok saya itu Siswa Amongbekso. Kalau orang biasa, nyebutnya penari keraton. Tari klasik, saya bisa; wayang orang juga bisa," ucapnya.

Karena keahliannya menarikan tari klasik dan wayang orang ini, ia sempat diundang ke Belanda untuk menari bersama rombongannya. "Belanda pernah. Jadi, kami diminta menari di sana," sebutnya.

Namun, kariernya di dunia menari harus kandas setelah ia mengalami kecelakaan pada tahun 1986. Ketika berangkat mengajar dengan mengendarai sepeda motornya, ia ditabrak truk hingga membuat kakinya patah dan harus dipasangi pen.

"Setelah tabrakan itu, saya berhenti karena tidak memungkinkan. Kaki saya dipasangi pen," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com