Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikmah dari Gempa Besar di Yogyakarta

Kompas.com - 27/05/2016, 05:40 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari munculnya Community Action Plan (CAP) di berbagai distrik, mulai dari desa sampai dengan kelurahan. Masyarakat di dalam satu kawasan atau distrik melakukan pemetaan wilayah-wilayah rawan.

"Mereka melakukan pemetaan berbasis masyarakat, itu skala Miso. Skala mikronya, mengenai bagaimana struktur bangunan dan itu juga sudah menjadi aturan," kata Sani.

Lewat mitigasi struktural, pemerintah lanjutnya telah melakukan berbagai sosialisasi dan memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa wilayah yang ditinggali termasuk rawan bencana gempa bumi, Gunung Merapi, tanah longsor maupun banjir. Selain itu, berbagai simulasi bencana secara dilakukan di setiap dusun, desa, sekolah dan perkantoran.

Sehingga, dengan kesadaran dan bekal wawasan mengenai kebencanaan tersebut, masyarakat saat ini menjadi semakin waspada serta tangguh.

"Yogya, saya kira sudah menjadi kota yang berketahanan, artinya tahan terhadap bencana. Masyarakat yang tahan dan tanggap bencana, juga sudah," urainya.

Sementara itu, Oki Haryanto, warga Keraton Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul menceritakan, sebelum peristiwa gempa 2006 struktur bangunan rumah warga masih belum memperhitungkan adanya gempa bumi, sehingga di Bantul, terutama di dusunnya, saat itu banyak rumah warga yang roboh dan rata dengan tanah.

"Akibat gempa, rumah saya juga ambruk. Kan, saat itu belum memikirkan struktur bangunan yang tahan guncangan," ujarnya.

Pasca gempa 2006, imbuhnya banyak pihak baik pemerintah baik lewat BPBD, maupun LSM memberikan pelatihan mengenai, mitigasi bencana, simulasi bencana, dan manajemen posko pengungsian mandiri.

"Simulasi beberapa kali sudah, beberapa waktu lalu juga ada. Sekarang warga paham harus melakukan apa ketika terjadi gempa," kata dia.

Selain itu, warga juga telah diberikan informasi dan pengetahuan mengenai bagaimana struktur bangunan yang tahan terhadap gempa. Bahkan, saat ini rumah-rumah di wilayahnya sebagian besar telah menerapkannya.

"Struktur bangunan misalnya bagaimana kerangka rumah, cara menyambungnya jangan mepet, lalu pondasinya harus seperti apa itu sudah. Hanya memang tidak semua menerapkan itu," urainya.

Masyarakat pun telah menyepakati titik kumpul ketika terjadi gempa. Titik kumpul ini juga sudah disosialisasikan kepada seluruh masyarakat.

"Titik kumpul sama jalur evakuasi sudah ada. Titik kumpul kalau ditempat kami di lapangan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com