Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kukang Sumatera Itu Malu-malu Kembali ke Alam...

Kompas.com - 05/05/2016, 12:52 WIB
Kontributor Lampung, Eni Muslihah

Penulis

Kukang yang dilepas dipasangkan radio collar atau alat pelacak untuk memonitor perkembangan perilaku dalam habituasi. Empat bulan yang lalu ada 10 kukang yang telah dilepaskan ke alam tak kembali lagi ke kandang habituasi.

"Hasil monitoring menjelaskan bahwa kukang sudah beradaptasi dengan alam," kata Wendi lagi.

Beruntung, sebagian kukang sitaan sudah ada 113 ekor yang dikembalikan ke alam. Namun, ada juga yang terpaksa harus dalam pengawasan sampai mati.

Merehabilitasi kukang korban perdagangan ilegal memang membutuhkan waktu lama. Sebab, saat masuk pusat rehabilitasi Wendi menjelaskan kukang tersebut kondisinya sangat memperihatinkan.

"Mereka mengalami dehidrasi, malnutrisi, stres tinggi dan giginya juga sudah terpotong," kata Wendi.

Gigi dipotong dengan menggunakan alat pemotong kuku oleh pelaku perdagangan satwa dilindungi. Tujuannya, agar kukang tidak melukai manusia.

Beberapa ada yang berhasil ditambal giginya agar bisa memakan semua tanaman yang tersedia di alam.

"Sebanyak 150 kukang di pusat rehabilitasi tidak bisa dilepasliarkan karena kondisinya tidak bergigi. Mereka sudah kehilangan sifat keliarannya dan otomatis dibiarkan di sana sampai mati," tuturnya.

Direktur Program YIARI drh Karmele Liano Sanchez menjelaskan, perdagangan satwa liar selain menjamah pasar besar di Indonesia kini mulai diperdagangkan melalui online.

"Hasil pemantauan kami pada komunitas perdagangan hewan di sejumlah akun sosial, pada Mei - Juli 2015 terdapat 400 kukang dipelihara pemilik media sosial," kata Karmele.

Kukang banyak diburu untuk diperjualbelikan dan dijadikan hewan peliharaan.

"Mereka memanggap status sosialnya semakin tinggi jika memelihara satwa itu," tuturnya.

YIARI sendiri saat ini telah memoratorium menerima kukang sitaan lantaran kelebihan kuota.

"Tahun 2014 lalu kami pernah menerima 238 ekor dalam skali penangkapan dan penangkapan berikutnya 30 dan 80 ekor di tahun yang sama. Ini yang membuat kami kewalahan," jelasnya.

Program pelepasliaran kukang hasil perburuan liar ini diharakan bisa menambah dan mempertahankan jumlah populasi kukang di alam.

Sementara itu Pelaksana Evaluasi Hutan Seksi III BKSDA Bengkulu-Lampung Ilhamudin menjelaskan, adanya pelepasliaran ini berefek pada menurunnya perburuan liar.

"Di Batu Tegi ini sudah pernah dilepaskan ular piton, kukang, ciamang dan beruang, dampaknya bisa menimbulkan efek takut pelaku," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com