Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga Kota Berevolusi

Kompas.com - 01/04/2016, 16:15 WIB

Prestasi itu tidak didapat dengan mudah. Butuh proses dan waktu panjang. Sebelumnya, Kota Malang sempat "muram" saat sebutan "Kota Taman" yang disematkan Belanda sempat melayang. Gara-garanya adalah pepohonan, bunga, dan ruang terbuka, satu per satu lenyap berganti menjadi bangunan dan pusat bisnis. Dari kota ijo (hijau) royo-royo, Kota Malang disindir warganya menjadi kota ijo ruko-ruko. Suhu udara rata-rata Kota Malang pun sudah lebih dari 30 derajat celsius.

Tak ingin keelokan Kota Malang kian rusak, pemkot pun berbenah dan menambah ruang terbuka. Dibangunlah berbagai taman dan pedestrian diperbaiki. Taman Merjosari, Taman Merbabu, Taman Trunojoyo, Taman Kunang-kunang Jalan Jakarta, dan Taman Mojolangu, semua dibangun untuk itu. Taman-taman itu bukan sekadar bernilai estetis, melainkan juga menjadi "hidup". "Hidup" karena taman tidak sekadar bisa dipandang, tetapi sekaligus menjadi wadah berkegiatan.

Untuk membangun taman-taman itu, Pemkot Malang menggandeng perusahaan swasta. Bahkan, memanfaatkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk membangun taman-taman tersebut.

Anton menyebutkan, ide kreatif akan lahir apabila tersedia ruang publik yang nyaman, aman, dan menginspirasi. Karena itu, tata kelola kota berwawasan lingkungan penting untuk mendorong tumbuhnya kreativitas.

"Ke depan, ruang-ruang terbuka harus bisa dimanfaatkan untuk kepentingan komunitas. Bisa menjadi ruang berekspresi masyarakat baik dalam berkesenian, berwacana, berdialektika, maupun menciptakan karya," kata Yunan Saifullah, akademisi Universitas Muhammadiyah Malang.

Perkembangan Kota Malang tidak berhenti di sana. Masyarakat diberi ruang luas untuk menikmati kotanya. Pedagang kaki lima yang selama ini menguasai trotoar dan taman mulai digeser. Bangku-bangku taman pun disiapkan di beberapa ruas jalan. Beberapa spot ikon fotografi dibangun agar masyarakat bisa berfoto ria mengabadikan keelokan kota. Kenyamanan yang dibangun untuk masyarakat pasti menumbuhkan ekosistem kreatif bagi warganya.

Upaya kampung-kampung di Kota Malang merupakan bagian dari kreativitas agar lepas dari jerat kemiskinan. Semakin banyak masyarakat kreatif, otomatis bisa menekan angka kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jatim, Kota Malang mengalami penurunan angka kemiskinan. Pada 2012, persentase warga miskin 5,21 persen dan turun menjadi 4,87 persen di tahun berikutnya.

Solusi yang tepat menjadi berkah bagi warga. Lingkungan nyaman, ekonomi pun jalan.

Dirgahayu Kota Malang!

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 April 2016, di halaman 1 dengan judul "Saat Warga Kota Berevolusi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com