Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Prosesi Kure, Tradisi Paskah Tradisional di NTT

Kompas.com - 27/03/2016, 20:47 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

Terdapat 27 Ume Mnasi di Kote yang melaksanakan Kure. Dua penjaga rumah Ume Mnasi Ken Uf, Fabi Romea dan Viktor Mambait, mengatakan, Kure adalah tugas pemeliharaan iman umat yang diembankan kepada tetua adat, kepada Ume Mnasi, apabila tidak ada gembala umat untuk melaksanakan tugas pelayanan umat.

"Sebagaimana arti kata Kure yang diserap dari kata Perancis yakni cure yang artinya orang yang bertugas untuk menangani urusan pemeliharaan rohani umat beriman dalam wilayah tertentu," papar Fabi.

"Sebagai gantinya, alat-alat perang diganti dengan buah-buahan, tebu sebagai senapan, jeruk dan buah-buahan sebagai pelurunya, dan sagu sebagai mesiu. Inkulturasi setelah doa, akan dibagikan buah-buahan sebagai tanda damai. Tanda syukur perang diganti dengan damai," ungkap Fabi.

Dijelaskan, pada saat perayaan Jumat Agung, warga kampung ataupun warga yang datang dari luar dilarang berkendaraan dan membunyikan apa pun sampai hari Sabtu pagi. "Ini sudah menjadi tradisi secara turun-temurun dari para leluhur kami dan akan kami jaga dan lestarikan sampai anak cucu nanti," kata dia.

Kembali ke proses Kure, memasuki Sabtu Aleluya, misa dilakukan semua warga, dilanjutkan dengan Bonet (tarian massal lebih dari 50 orang) secara bersama-sama di paroki.

Hal ini sebagai ungkapan syukur atas kebangkitan Yesus Kristus. Tarian Bonet biasa dilakukan secara bersama-sama antara pria dan wanita tanpa menggunakan musik sampai dini hari.

Uniknya, tarian itu isinya hanya lagu, senandung, dan syair yang dilakukan para penari sambil bergandengan tangan.

Pada Minggu Paskah, sama seperti Sabtu Aleluya, diadakan lagi perayaan misa ekaristi seperti biasa, dilanjutkan lagi dengan kemeriahan Pesta Paskah dengan tarian gong, bidut, dan bentuk keramaian lainnya sampai malam.

Akhir dari perayaan Kure yakni pada hari Senin atau istilah setempat disebut Paskah Kedua. Pada prosesi ini, hiasan Ume Uis Neno, buah-buahan, air, dan minyak yang dipakai untuk memandikan atau membersihkan patung dan benda-benda devosional dikumpulkan dan dibawa ke kali untuk untuk dihanyutkan.

Proses ini adalah tanda melepaskan dosa-dosa karena telah diselamatkan oleh kebangkitan Kristus dan menjadi manusia baru atau disebut "Sef Mau".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com