Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Prosesi Kure, Tradisi Paskah Tradisional di NTT

Kompas.com - 27/03/2016, 20:47 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

Selanjutnya semua Ume Uis Neno melakukan bunyi-bunyian dengan bertepuk tangan dan memukul dinding rumah serta menyerukan poi ri rabu (enyalah roh jahat).

Salah seorang Amnasit (orang tua) kemudian memanggil atau menyebut nama rumpun suku masing-masing.

Ritual ini dilakukan selama lima menit, setelah itu lonceng dibunyikan dan semua lampu yang padam mulai dinyalakan kembali.

Tri-hari suci dimulai dengan ritual Taniu Uis Neno atau memandikan benda-benda suci, yang dilaksanakan pada Kamis Putih.

Ritual ini merupakan proses pembersihan dan penyerahan diri kepada sang khalik sekaligus ungkapan rasa syukur atas nikmat dan berkat yang diperoleh dalam satu tahun perjalanan hidup.

Dalam ungkapan kebersamaan nek mese ansaof mese (satu pikiran satu hati), semua rumpun suku tiap Ume Mnasi ditandai dengan upacara pembersihan patung keagamaan, salib, atau benda devosi.

Air dari hasil pembersihan patung-patung religi itu digunakan untuk membasuh wajah, kaki, dan tangan sebagai lambang pembersihan diri dan membawa kedamaian.

Cara membersihkan benda-benda suci itu dengan memakai air dan minyak serta alat yang digunakan untuk membersihkan, yakni dari tebu dan kapas.

Prosesi Taniu Uis Neno dimulai sejak pagi sekitar pukul 07.00, dengan dua utusan tiap Ume Uis Neno didampingi satu Amnasit (orang tua) berkumpul di gereja dan berdoa untuk pengambilan air (Soet Oel) oleh pastor.

Setelah itu mereka langsung berarak ke sungai untuk mengambil air dan mencari dua batu pipih berukuran kecil yang akan dipakai untuk menghaluskan tebu sebagai alat pembersih benda-benda suci itu.

Air sungai itu langsung dibawa ke gereja untuk diberkati, selanjutnya air dibawa pulang kembali ke Ume Mnasi untuk dipakai membersihkan benda-benda suci.

Menjelang Kamis sore sekitar pukul 14.00 sampai pukul 16.00, tiap anggota rumpun suku Ume Mnasi mengumpulkan dan mempersembahkan buah-buahan ke Ume Mnasi masing-masing dan dilanjutkan dengan pengumpulan buah-buahan dan sirih pinang ke Ume Mnasi yang memiliki kekerabatan.

Dua istilah itu disebut dengan "Bua Loet" dan "Bua Pa". Tidak sampai itu saja, setelah misa Kamis Putih dan Jumat Agung, umat secara berkelompok melakukan Kure dari satu Ume Uis Neno ke Ume Uis Neno lainnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com