Dalam keadaan bingung, saya pun kembali menyalakan perangkat dan mengulangi rangkaian langkah sebelumnya. Setelah kamera menyala kembali, saya tinggalkan untuk mencari obyek foto.
Dan lagi-lagi, perangkat tersebut tidak menyala saat saya datangi kembali.
Saya pun mulai panik, pertama karena tidak paham apa yang sedang terjadi. Saya pun memutuskan untuk mencopot kamera dari tripod dan memutuskan untuk membatalkan rencana mengambil video 360 derajat.
Alhamdulillah langit Ternate beringsut cerah dan jelas. Siap menyambut #GMT2016!!
— Didit Putra Erlangga (@eldidito) March 9, 2016
Bila perangkat panas, otomatis segera mematikan sistem secara mandiri. Sumber panasnya bisa jadi dari proses pengambilan gambar atau karena terpapar sinar matahari yang menyengat sebelum gerhana terjadi.
Waktu terus berjalan seiring piringan bulan yang terus bergerak dari atas ke bawah menutupi piringan matahari. Saya pun mengambil skenario lain yakni mengambil gambar pada fase puncak saja atau sebelum langit menjadi gelap hingga gerhana usai.
Sambil menunggu, kamera saya copot dari tripod dan disimpan di saku sambil menurunkan panas di perangkat. Teori mengenai panas pun juga terbatas asumsi.
Kegelapan datang
Sekitar pukul 09.45, sebagian besar piringan matahari mulai tertutup piringan bulan. Masyarakat pun makin memadati tempat saya mengambil gambar.
Merogoh kamera dan memeriksa badannya yang tidak lagi panas menyengat, saya pun memutuskan untuk kembali mencoba mengambil gambar. Taruhannya hanya video yang gagal bila teori saya soal panas sebagai penyebab perangkat mati sendiri ternyata tidak terbukti.
Kembali saya nyalakan, kali ini tidak melalui aplikasi tapi langsung menekan tombol di badan kamera. Kelap kelip lampu merah di muka kamera segera muncul pertanda perekaman video berlangsung.
Saya merinding saat fase puncak itu. Terasa betul semua orang sedang terperangah dengan fenomena di angkasa. #GMT2016
— Didit Putra Erlangga (@eldidito) March 9, 2016
Memasuki fase puncak gerhana, langit pun makin gelap meski belum jam 10.00 waktu setempat. Warga makin ramai, sebagian takjub dan sibuk mengabadikan momen dengan kamera ponsel, anak-anak berebutan potongan film rontgen sebagai pengganti kacamata gerhana untuk memelototi matahari.
Sesekali saya intip kamera, dari samping terlihat jelas bahwa lampu di tombol daya tengah menyala yang berarti perangkat tidak mati mendadak seperti sebelumnya. Yang berarti dugaan saya memang terbukti.
Terlebih saat memasuki fase puncak gerhana, langit tiba-tiba gelap dan mendadak udara menjadi dingin. Saya pun tidak khawatir dengan kamera yang terus-terusan merekam.
Puncak gerhana pun tiba, warga sekitar bersorak. Sebagian melantunkan pujian kepada Sang Pencipta. Saya kembali melirik dan melihat ada nyala lampu dari perangkat. Saya pun menarik nafas lega.
Sekitar tiga menit kemudian, piringan bulan kembali meninggalkan piringan matahari dan langit kembali terang. Terasa betul suasana mendadak hening sesudahnya seolah semua terpekur dengan peristiwa langit tersebut.
Saya pun mendekati kamera dan masih mendapati lampu yang menyala. Namun saya harus kaget saat tidak melihat lampu merah di bagian muka.
"Sejak kapan kamera berhenti merekam?" ujar saya dalam hati, kali ini benar-benar panik.
Saya segera membuka laptop, mentransfer file video berukuran 2,8 gigabita dari Theta S agar bisa ditonton meski belum dalam format yang sesuai. Saya hanya ingin memastikan gambar apa saja yang berhasil direkam kamera ini.
Adegan demi adegan saya perhatikan hingga puncak gerhana. Saat memasuki fase puncak itulah rupanya kamera berhenti merekam, kali ini tidak saya temukan penyebabnya. Saya pun lemas karena peristiwa ini hanya akan berulang dalam waktu lama dan belum tentu mendapatkan kesempatan untuk hadir di sana.
Saya pun menyimpan file video berikut adegan yang sempat direkam video ini dan tetap mengirimkan ke kantor untuk diolah. Meski pendek dan parsial, semoga bisa membawa manfaat bagi siapapun yang menontonnya kelak.
Pelajaran yang harus saya ambil saat itu: kenali tabiat perangkatmu. Itu batas tipis yang membedakan keberhasilan dan kegagalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.