Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Srini Maria, "Ibu Sayur Organik" dari Lereng Merapi

Kompas.com - 08/03/2016, 10:01 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


Sekitar tahun 2014, usaha ekspor sayuran Srini kembali terpuruk. Dia kerap tertipu oleh rekanan yang tidak disiplin dalam pembayaran sayuran yang dibeli di tempatnya. Bahkan tidak jarang pula dia menerima sayuran reject dari rekanan yang tidak layak jual.

"Kami rugi besar, padahal sebagai petani uang pembayaran itu juga untuk modal untuk beli bibit, perawatan, pupuk dan lainnya. Kami lalu memutuskan untuk berhenti ekspor dan hanya melayani konsumen atau perusahaan lokal saja," katanya.

Sejak melayani pasar lokal, ia justru menemukan kepuasan tersendiri. Selain bisnis yang lancar ia juga mendapat kepuasan karena ilmu pendidikan formal dan pertaniannya dapat langsung diterapkan oleh para petani di sekitarnya.

Hampir setiap hari dia kedatangan tamu yang ingin belajar bertani dan berternak. Tidak jarang pula dia diundang ke berbagai daerah untuk berbagi ilmu bercocok tanam. Bahkan di pinggir jalan pun, dia terbiasa ngobrol dan ditanya petani soal bercocok tanam secara organik.

"Saya justru menemukan kebahagiaan saat bertemu langsung dengan petani, ilmu saya langsung diterapkan dan langsung memberi manfaat kepada mereka. Berbeda ketika saya masih bergelut di bisnis ekspor sayur," tuturnya.

Jaga kualitas

Meski menyasar pasaran lokal, namun kualitas tetap diutamakannya. Sayur organik dikemas menggunakan plastik wrapping dan streofoam. Packing ini menambah nilai jual tinggi sehingga petani juga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih.

Namun demikian, istri dari Sukamto Lexi Wibowo (61) itu masih harus menghadapi tantangan yang lebih berat. Sebab belum semua petani sadar akan sistem organik. Sebagian besar mereka masih bergantung dengan pupuk kimia yang sejatinya membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

"Sulit mengubah mindset petani dan peternak yang masih bergantung dengan pupuk kimia untuk beralih ke organik. Mereka masih berorientasi kepada keuntungan jangka pendek," kata wanita kelahiran Magelang, 18 Desember 1960 itu.

"Kami selalu sampaikan dan sudah buktikan bahwa bercocok tanam dan ternak organik sangat menguntungkan, hemat, sehat, tidak merusak lingkungan dan yang pasti tidak meracuni konsumen," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com