Namun ES Wibowo menekankan bahwa legenda Batara Kala berikut mitos-mitos yang berkembang di masyarakat tidak wajib diyakini. Masyarakat boleh percaya dan boleh juga tidak.
Ia pun mengimbau untuk tetap berpikir positif karena ada sesuatu yang baik dari mitos itu. Kata ES Wibowo, ketika gerhana matahari terjadi membuat situasi tiba-tiba gelap, lalu tiba-tiba terang lagi, perubahan drastis ini ternyata mempengaruhi kondisi tubuh manusia.
"Biasanya kita akan bingung dan pusing jadi disarankan untuk di dalam rumah saja, atau melihat gerhana dengan media air," jelas pria yang pernah menerima penghargaan sebagai Senior Sastra dan Seni Ritual oleh Pemkot Magelang itu.
Salah seorang warga Pucangsari Kota Magelang, Kurniawati, menceritakan pengalamannya saat Indonesia mengalami gerhana matahari total pada tahun 1983 silam.
Meski terkesan menakutkan, namun gerhana matahari menjadi momentum langka yang dinanti-nantikan anak-anak.
"Kami takut, tapi juga penasaran, kami semua bersembunyi di dalam rumah, lalu shalat gerhana bersama," kata dia.
Kala itu, pemerintah juga mewanti-wanti masyarakat untuk tidak keluar rumah, apalagi sampai melihat langsung penampakan gerhana matahari di langit.
"Katanya berbahaya, kalau mau lihat juga harus pakai air di ember atau pakai kacamata," kenang dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.