Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebahagiaan Mbah Nartowiono, Tukang Cukur di Alun-alun Yogyakarta

Kompas.com - 27/01/2016, 06:30 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Yogyakarta, kota dengan segala kisah yang selalu membawa seseorang kembali ke masa lalu. Perkembangan zaman yang terjadi hari demi hari pun tak sepenuhnya mampu mengubah keklasikan Yogyakarta.

Salah satu yang mengingatkan akan Yogyakarta masa lalu dapat dijumpai di sisi Barat Alun-alun Utara Yogyakarta. Setiap hari, seorang pria tua duduk di bawah tenda biru.

Dia duduk di sebelah kaca berukuran tidak terlalu besar yang diikat dengan tali di pagar besi. Tepat di depan kaca terdapat kursi serta alat-alat seperti gunting dan sisir yang tertata rapi.

Mbah Nartowiono, nama pria tua itu.

Di usia yang terbilang tidak muda lagi, bapak sembilan anak ini terus bertahan di tengah era modern dengan tetap menekuni profesinya sebagai tukang cukur rambut.

"Nama saya Nartowiono, usia saya sekarang 88 tahun. Ya ini pekerjaan saya sebagai tukang cukur," ucap Mbah Nartowiono saat ditemui, Senin (25/1/2016).

Mbah Nartowiono menuturkan, profesi sebagai tukang cukur merupakan pilihan hidupnya sejak dulu. Dia mulai menjadi tukang cukur sejak tahun 1948.

"Wah sudah lama, sekitar 68 tahun. Saya itu mencukur rambut sejak tahun 1948, ya ini lah pilihan hidup," ujarnya.

Belajar dari "Pakde"

Sembari mencukur rambut salah satu tukang becak yang menjadi pelanggannya, Nartowiono bercerita bahwa dia belajar teknik memangkas rambut dari pamannya. Dia kerap memperhatikan pamannya ketika mencukur rambut.

"Tidak kursus tapi belajar sendiri. Dulu lihat pakde (paman), lama-lama tahu tekniknya," tegasnya.

Setelah menguasai teknik mencukur rambut itulah, Mbah Nartowiono lantas menjelajahi sejumlah kota di Pulau Jawa untuk mencari penghasilan. Awalnya, dia membuka jasa cukur rambut di Semarang, Jawa Tengah.

Dua tahun di Semarang, dia lantas hijrah ke Madiun, Jawa Timur. Setelah lima tahun, dia lalu berangkat ke Kutoarjo, Jawa Tengah, dan kemudian pindah lagi dan membuka lapak cukur rambut di pinggir Alun-alun Utara Yogyakarta.

"Dulu pindah-pindah. Kalau sekarang sudah tua ya di sini saja, buka jam 8 sampai jam 4 sore," katanya.

Dia mencukur rambut untuk menyambung hidup bersama keluarga. Namun demikian, pria yang tinggal di Sidoagung, Godean, Sleman, ini tidak pernah mematok harga untuk jasanya. Berapa pun yang diberikan oleh pelangganya, ia terima dengan senang hati.

"Tidak ada patokan harga. Berapa pun yang diberikan saya terima, mau seribu, dua ribu, lima ribu yang penting iklas pasti jadi berkah," tuturnya.

Langganan "bule"

Meski tidak pernah kursus dan hanya belajar dari pamannya, namun keahlian Mbah Nartowiono dalam mencukur rambut tidak bisa dipandang sebelah mata.

Dengan alat seadanya, dia mampu mencukur rambut sesuai keinginan pelanggannya.

"Saya menyesuaikan permintaan. Minta cukur model apa bisa pokoknya," kata Mbah Nartowiono sambil tertawa.

Dia menuturkan, selama ini kebanyakan memang para pelanggannya adalah tukang becak, tukang ojek dan tukang sapu. Namun, tak jarang wisatawan asing mempercayakan rambutnya dicukur oleh Mbah Nartowiono. Bahkan, ada yang menjadi pelanggan tetapnya.

Menurut dia, lapak tenda biru di pinggir jalan dengan kaca diikat di pagar menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing. Mereka seakan merasakan suasana cukur rambut yang berbeda dengan di kota asalnya.

"Yang bule dari Kanada itu kalau datang ke Yogya, cukurnya di sini. Ya enggak tahu kok seneng. Katanya suasananya unik, beda," ucapnya.

Bahagia

Nartowiono mengaku akan terus menjalani profesinya sebagai tukang cukur. Sebab, pekerjaan mencukur rambut membuat hidupnya bahagia.

"Pekerjaan kalau sudah senang itu tidak akan capek, soal rejeki itu sudah ada yang ngatur. Pokoknya selama masih diberi kekuatan, saya akan terus mencukur rambut," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com