Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Baru Tahu Organisasi Gafatar Terlarang, Sekolah Kevin Sudah Kosong

Kompas.com - 11/01/2016, 08:33 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Keluarga Ahmad Kevin Aprilio tak mengetahui bahwa Gafatar, organisasi yang dimasuki Kevin, adalah organisasi yang telah dilarang di Indonesia.

"Ayahnya Kevin memang menjadi pengurus Gafatar Yogyakarta," ujar Maria Resubun, nenek Ahmad Kevin Aprilio, Minggu (10/1/2016).

Saat Kevin belajar di Sekolah Berbasis Rumah (SBR) Gafatar pun, lanjutnya, aktivitasnya tampak positif. Selain belajar, ada kegiatan sosial dan penghijauan.

"Kami melihatnya sekolahnya bagus. Tidak hanya belajar, tetapi ada kegiatan sosialnya," tegasnya.

Setelah Kevin pergi bersama ayahnya dan tidak bisa dihubungi, pamannya lantas mencoba mencari tahu soal Gafatar. Dari informasi di internet, keluarga baru mengetahui bahwa Gafatar merupakan organisasi yang dilarang.

Sementara itu, ibu Kevin, Olivia Sandra Yunita, menambahkan bahwa dia mencari informasi ke Sekolah Berbasis Rumah (SBR) Gafatar di Jalan Nanas, Ngadisoka Purwomartani, Kalasan, Sleman. Namun, bangunan tempat Kevin sekolah itu dalam keadaan sepi dan sudah dijadikan gudang.

"Saya sudah ke sana, tetapi sudah kosong. Saya tanya yang jaga katanya sekarang dijadikan gudang alat pertanian," katanya.

Namun, meski demikian, Olivia mengaku tidak melihat adanya alat-alat pertanian berada di dalamnya.

Dia pun telah melaporkan hilangnya putranya kepada polisi. Ia berharap Kevin bisa kembali pulang ke rumah.

Les gratis

Saat disambangi Kompas.com, lokasi yang disebut sebagai SBR Gafatar tak lebih seperti sebuah rumah kosong.

Rumah yang menghadap ke barat ini tampak kotor dan pintunya tertutup rapat. Menurut Ponijo, salah satu warga yang rumahnya tepat berada di depan lokasi sekolah tersebut, sudah sejak minggu lalu, penghuni rumah tersebut pergi.

"Sudah kosong Mas, satu mingguan lalu perginya. Mungkin kontraknya habis, mungkin lho," ujar Ponijo, Minggu (10/1/2016) sore.

Ponijo menuturkan, sebelum kosong, setiap hari rumah itu memang didatangi anak-anak seusia SD dan SMP. Anak-anak itu datang pagi dan pulang siang. Warga sempat bertanya dan dijawab oleh salah satu orang bahwa rumah kontrakan itu dijadikan lokasi les gratis. 

"Katanya untuk les gratis, ada yang diantar, ada yang berangkat sendiri, lalu siang (sekitar) pukul 14.00 itu anak-anak pulang. Seperti sekolahanlah," ucapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com