Menurut pria yang kerap disapa Emil itu, jalan alternatif Pajajaran-Pasteur itu dibangun untuk kepentingan masyarakat. (Baca: Bangun Jalan, Pemkot Bandung Akan Bongkar 600 Kuburan)
"Yang kami minta bukan untuk pribadi, melainkan kepentingan masyarakat. Jadi, ya terus jalan," kata Emil di Bandung, Jumat (8/1/2016).
Karena itu, Emil mengaku akan terus melakukan sosialisasi kepada ahli waris makam yang bakal digusur.
"Kalau dalam pembangunan, selalu ada dinamika. Pada dasarnya, orang tidak mau berubah setiap ada berita perubahan dan cenderung takut. Jadi, tinggal dikomunikasikan sesuai aspirasi. Yang penting kita taat asas, taat aturan, dan berkeadilan," tuturnya.
Dia mengungkapkan, persoalan penggusuran makam bukan hal baru. Menurut dia, banyak pembangunan jalan yang memakan lahan pemakaman. Salah satunya adalah interchange Km 149 di Gedebage.
"Supaya dari Pasteur bisa 'potong kompas' ke Pajajaran sehingga bisa mengurangi beban di jalur kemacetan," tutur Emil.
Sejumlah warga keberatan dengan proyek perluasan jalan itu. Suryanto, Ketua RT 5 RW 03 Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cicendo, secara tegas menolak pembangunan jalan tembus tersebut.
"Nanti macetnya kayak gimana? Saya gak bisa bayangin. Kemacetan pasti terjadi ketika ada pemakaman jenazah," kata dia.
Lala, warga sekitar Jalan Pandawa, juga menyatakan menolak pembangunan jalan tembus itu. Selain menambah masalah baru, menurut dia, masyarakat sekitar merasa tidak pernah menerima sosialisasi dari Pemerintah Kota Bandung.
"Enggak, enggak ada sosialisasi ke warga. Padahal, kita juga yang nantinya terkena dampak," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.