Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bayu, Mahasiswa Informatika yang Jadi Tukang Sol Sepatu demi Biayai Kuliah

Kompas.com - 14/09/2015, 07:00 WIB
LAMONGAN, KOMPAS.com — Tukang sol (reparasi) sepatu yang mangkal di Jalan Wahidin Sudiro Husodo, Lamongan, barangkali bisa menjadi inspirasi bagi siapa pun, terutama bagi para pemuda, pelajar, dan mahasiswa.

Namanya Bayu Ardiansyah (21). Pemuda asal Desa Sidorejo, Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan, ini ternyata juga berstatus mahasiswa.

Tiap pagi hingga pukul 13.00 WIB, Bayu kerap terlihat berada di seberang jalan depan Kantor Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Lamongan. Dengan tekunnya, anak bungsu dari tiga bersaudara itu menjahit dan menyulam belasan pasang sepatu milik para pelanggannya.

Sudah tiga tahun ini pemuda asal Desa Sidorejo, Kecamatan Deket, tersebut menekuni pekerjaan sebagai tukang jahit sepatu dan sandal, sejak ayah yang selama ini mencarikan nafkah untuk keluarga, termasuk biaya sekolah Bayu Ardiansyah, meninggal dunia.

"Sudah tiga tahun saya menekuni pekerjaan ini," ungkap Bayu saat ditemui Surya.co.id di tempat kerjanya, Jumat (11/9/2015).

Bagi Bayu, putra bungsu dari tiga bersaudara pasangan Tasripan dengan Suliani ini mengatakan bahwa pekerjaan tersebut dilakoni untuk melanjutkan pekerjaan ayahnya sebagai sumber mata pencaharian keluarga. Sejak kelas XI SMA negeri di Lamongan, dia sudah belajar menjahit sepatu.

"Saya membantu bapak jahit sepatu sejak kelas II SMA," ungkap Bayu.

Semangat

Sejak ayahnya pergi, Bayu bertekad tak mau terus dirundung duka. Dia berpikir bahwa masih ada ibu dan juga tekadnya untuk terus menuntut ilmu di Universitas Islam Lamongan (Unisla).

"Saya sekarang hanya tinggal sama ibu," ungkap Bayu.

Niatnya menuntut ilmu di perguruan tinggi jurusan Teknik Informatika Unisla menjadi pecut Bayu untuk tetap mempertahankan pekerjaannya sebagai tukang sol sepatu. Selain itu, ia juga tetap ingin membantu mencarikan uang untuk ibunya, Suliani. Sebagian uang hasil menjahit selalu diberikan kepada ibunya untuk kebutuhan belanja.

Setiap hari, kecuali hari Minggu, Bayu pasti memberikan uang belanja kepada ibunya rata-rata Rp 50.000. Sisanya ditabung untuk keperluan biaya kuliah dan bekal saat lulus kuliah nanti.

"Setiap hari saya kasih ibu uang Rp 50.000. Alhamdulillah bisa," kata Bayu.

Bayu menuturkan, dia tidak ingin merepotkan dua kakaknya yang sudah berkeluarga, baik untuk biaya kuliah maupun kebutuhan ibunya.

Yang penting halal

Oleh karena itu, pekerjaan menjahit sepatu dan sandal yang dinilai Bayu sebagai perkerjaan mulia tetap dilakoni tanpa rasa malu sedikit pun. Dia mengatakan, bekerja sebagai tukang jahit sepatu tak membuatnya rendah diri.

"Yang penting halal, kok," ungkapnya.

Banyak pelanggannya justru berasal dari teman-teman sekolahnya dulu dan rekan-rekan mahasiswa di kampusnya. Para dosen yang mengajarnya di Unisla dan guru-guru juga menjadi pelanggannya.

Meski dipercaya, Bayu tetap konsisten memasang tarif bagi pelanggannya. Bayu tetap mengenakan tarif yang sama, baik kepada dosen, teman-temannya, maupun masyarakat umum.

"Harganya sama dan pukul rata dengan orang lain yang menjahitkan. Dosen, guru, teman sendiri, ongkos jahitnya sama," tutur Bayu.

Ongkos jahitnya hanya disesuikan pada besar kecilnya ukuran sepatu dan kondisinya.

"Ongkosnya Rp 5.000 hingga Rp 15.000 per pasang," katanya.

Pagi kerja, siang kuliah

Setiap hari, Bayu menerima 10 hingga 15 pasang sepatu sandal. Pelanggan yang ingin datang menjahitkan alas kakinya di atas pukul 13.00 WIB pasti tidak akan bisa bertemu Bayu. Pasalnya, pada jam itu, dia harus berhenti kerja. Pada jam itu, Bayu tengah bersiap untuk masuk kuliah di Unisla Lamongan hingga sore hari.

"Jam satu tutup, pulang shalat, makan siang, dan persiapan berangkat kuliah," ungkapnya.

Banyak pelanggan yang kecewa karena Bayu hanya "praktik" setengah hari. Namun, dia mengaku masih mengutamakan waktu untuk menuntut ilmu. Bayu menargetkan bahwa dirinya harus lulus tepat waktu.

Apa akan tetap menekuni pekerjaan sebagai tukang jahit sepatu seusai lulus kuliah nanti?

"Inginnya nanti mencari kerja yang lebih baik lagi," ungkapnya.

Namun, dia berharap bisa mempertahankan juga usaha jahit sepatunya sambil mempekerjakan orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com