Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dua Tukang Foto Keliling Tuai Rupiah dari "Untung-untungan"

Kompas.com - 21/08/2015, 13:23 WIB
Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Asdar (35) dan Amid (43) tampak gelisah. Sorot matanya tajam mencari orang yang sama dengan foto yang dia genggam. Beberapa kali keduanya terlihat berbisik. Mereka pun menyebar di tengah riuhnya ratusan orang usai acara Kongres Paguyuban Pasundan di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jum'at (21/8/2015).

Siang itu, matahari di Bandung sangat terik. Namun Asdar dan Amid tak mengindahkan sengatnya. Keduanya terus mondar-mandir di tengah Jalan Asia Afrika. Jalan bersejarah itu memang sempat ditutup beberapa saat lantaran kongres dihadiri pejabat tinggi negara semisal Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, serta Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Namun, nama besar tersebut tak jadi perhatian Amid dan Asdar.

Saat peserta kongres berhamburan ke jalan usai acara, aksi keduanya dimulai. Bak anggota intelijen yang sedang menyamar, keduanya menyelinap di tengah riuh orang sambil mencari sasaran.

Saat dia menemukan orang yang sama dengan ratusan foto yang dipegangnya, keduanya langsung menghampiri mereka. Senyumnya merekah menyapa orang tersebut.

"Pak, ini fotonya mau dibeli. Cuma Rp 10.000 saja," ucap Amid kepada pria tambun berbaju batik.

"Fotografer spekulasi"

Asdar dan Amid merupakan dua sekawan asal Kabupaten Bandung yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang foto keliling. Amid dan Asdar enggan melekatkan nama itu. Dia lebih suka menyebut diri mereka sebagai 'fotografer spekulasi'.

"Jadi ya memang spekulasi, untung-untungan. Kalau laku ya dapat duit, kalau enggak ya gigit jari," kata Amid sambil tertawa.

Amid dan Asdar merupakan dua dari puluhan atau mungkin ratusan tukang foto keliling di Bandung. Keberadaan mereka sehari-hari sulit terlacak, namun hampir selalu ada pada tiap momen penting yang banyak melibatkan massa. Mengabadikan setiap momen melalui jepretan foto tersembunyi (candid camera).

"Memang kita sudah tahu agenda tahunan. Seperti wisuda, pelepasan anak sekolah, bahkan agenda gubernur saya tahu," ungkap Amid yang sudah 20 tahun menjadi tukang foto keliling.

Saat ditanya darimana dapat info agenda, Amid hanya tersenyum.

"Ada lah, paling di google, baca koran, atau ngecek website pejabat atau kampus," jelasnya.

Junior Amid, Asdar, yang baru 10 tahun menjadi tukang foto keliling mengaku, profesi tersebut cukup menguntungkan. Dalam setiap acara seperti wisuda, dia mampu menjual hingga 100 foto hasil bidikan kameranya.

"Tapi memang kami harus gesit. Kami datang sejam sebelum acara. Jangan lupa catat nama kegiatannya, biar enggak salah saat dicantumin di foto. Kalau sudah banyak foto, langsung nyari tukang cetak foto. Kita sudah hafal semua tukang cetak di Bandung mah. Baru deh menjual kepada orang-orangnya," tuturnya.

"Kualitas gambar kadang enggak jadi patokan. Masyarakat lebih mementingkan momen," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com